Suasana Lokakarya Perdana, Pendidikan Calon Guru Penggerak Kab. TTS. Foto: CGP TTS
Perjalanan sembilan bulan Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 4 di kabupaten Timor Tengah Selatan, telah dimulai pada Senin, 11 Oktober 2021. Proses perdananya di sebut Lokakarya 0, bertempat di Hotel Bahagia 2 Soe. Ada 6 Pengajar Praktik (PP) yang memfasilitasi proses,  2 orang panitia penyelenggara dari PPPPTK Penjas dan BK  serta 22 Calon Guru Penggerak (CGP) termasuk kepala sekolah yang menaungi para CGP. 

Saya tiba di hotel pukul 10.00,  setelah menempuh perjalanan dua jam dari Kualin, tempat saya bertugas. Hotel Bahagia 2 tidak asing bagi saya. Dulu, pada 2007-2010, hotel ini langganan kami memfasilitasi training bagi komunitas atau organisasi masyarakat, saat saya bergabung dengan LSM Plan International.  Pagi itu, rasanya seperti  bereuni dengan suasana dan beberapa staf hotel.

Di aula hotel, suasana begitu riuh, penuh semangat saat saya tiba. Sedang ada ice breaking dengan formasi berdiri membentuk lingkaran dengan yel-yel khas. Tampak name tag terpasang di baju semua peserta. Sesi perkenalan sepertinya telah usai. Setelah melapor diri ke panitia sembari menyerahkan hasil rapid antigen, saya lalu melebur diri dalam proses lokakarya. 

Foto bersama Kadis Pendidikan TTS, panitia dari PPPPTK Penjas BK dan para kepala sekolah. Foto: CGP TTS
Beberapa pengajar praktik adalah rekan guru SMA yang saya kenal baik. Mereka mengelola proses lokakarya dengan ciri khas training, penuh diskusi, game, dengan ragam media. Warna-warni potongan kertas Post It, flip chart, white board, spidol warna, In Focus, semuanya bikin semarak jalannya lokakarya.  

Dulu, ketika bergelut dalam dunia pemberdayaan masyarakat, saya membayangkan, betapa menariknya menerapkan pendekatan pelatihan seperti ini di ruang kelas dengan siswa. Pada 2010, ketika kesempatan datang untuk merintis jalan menjadi guru, mempraktekkan pola itu di kelas adalah sebuah kemewahan.

Kembali ke lokakarya tadi, setiap sesi dirancang untuk menggali gagasan, memancing tanggapan dan menghasilkan kesimpulan dan refleksi. Proses diskusi semakin menarik, karena gagasan-gagasan para CGP oleh para pengajar praktik, diplenokan dengan tanggapan para kepala sekolah. Diskusi jadi semakin seru dan memunculkan banyak gagasan cemerlang, terutama suara tantangan dan dukungan para kepala sekolah terhadap para CGP. 

Lokakarya 0 merupakan batu loncatan pertama, selain moda pembelajaran daring berbasis Learning Management System (LMS) dan berlanjut dengan 9 kali lokakarya. Dalam pembelajaran daring, CGP akan berjibaku dengan tiga paket modul. Paket pertama berisi materi tentang Filosofi Pendidikan Indonesia yang dicetuskan Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Visi Guru Penggerak serta Membangun Budaya Positif di Sekolah. Paket modul kedua memuat Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial dan Emosional serta Teknik Coaching. Dan paket ketiga mencakup, Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dan Pengelolaan Program Sekolah.

Sebagian CGP bersama Kadis Penddikan Kab. TTS. Foto:CGP TTS
Para CGP akan mempelajari keseluruhan modul itu di bawah bimbingan para fasilitator, pengajar praktik dan instruktur. Interaksi CGP dengan fasilitator akan banyak berlangsung secara daring, sementara para pengajar praktik akan sering melakukan pendampingan secara tatap muka termasuk visit ke sekolah para CGP. 

CGP angkatan 4 dari kabupaten Timor Tengah Selatan berjumlah 24 orang, berasal dari guru TK, SD, SMP dan SMA/SMK. Ke-24 CGP ini merupakan calon-calon agen perubahan di setiap sekolahnya. Mereka adalah calon pemimpin pembelajaran yang mendorong terciptanya iklim belajar yang berpusat pada siswa, membuka ruang kolaborasi dengan pendidik lain, serta menjadi teladan transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Selamat belajar teman-teman CGP Kabupaten TTS.  Good luck untuk kita semua..

Mad Aba, Kualin, 21/10/2021


2 Komentar

Posting Komentar