Selamat Jalan Kakak, Yoni Beti

Sabtu, 13 November 2021 pukul 05.00, setelah sholat Subuh, hati saya begitu gelisah. Entah mengapa, pagi hari ini, muncul pikiran macam-macam tentang sosoknya yang tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Kupang. Hand phone mati sejak semalam. Membuka HP pagi-pagi itu rutinitas biasa, tetapi pagi ini  saya sangat cemas melihat HP. Batin saya terus berbisik, menguatkan kegelisahan, bahwa sepertinya akan ada berita buruk tentangnya. Mungkin ini yang namanya firasat. Hati kecil saya membela, mungkin kecemasan itu muncul karena sehari sebelumnya, dengan seorang teman, kami berencana membesuknya di rumah sakit dalam beberapa hari ini.

Jam 05.30, HP akhirnya saya hidupkan seperti biasa. Dan benar, hal yang paling saya takuti, muncul di layar HP. Kabar duka telah disebarkan di WAG sekolah. SMS dan telfon dari rekan guru juga mulai masuk. Saya terpaku, tak kuasa membendung air mata yang mulai jatuh terurai. Saya menelfon seorang rekan, tangis kami pecah di ujung telfon. Semuanya histeris, belum rela dan tak sudi menerima kabar duka ini.

 Ini tidak adil, terlalu cepat. Dia seharusnya tidak berbaring di rumah sakit. Dia mestinya sedang menemani putera kecilnya, yang bulan depan genap satu tahun, menikmati setiap kelucuannya, melakoni hari-harinya sebagai ayah, merenda rumah tangga barunya dengan kebahagiaan. Sampai di sini, takdir hari ini rasanya terlalu pahit. Apa daya, manusia tak punya kuasa menghentikan takdir. Sandaran kita adalah sabda, bahwa setiap yang bernyawa pada akhirnya akan menemui kematian. Tuhan memberi kita kepastian soal ini, dan meninggalkan sebagiannya tetap menjadi rahasia, tentang bagaimana, kapan dan di mana kematian menjemput. Itu cara Tuhan mengingatkan umatnya untuk mengagumi kebesaranNya. 

Dengan sudut pandang kebesaran Ilahipun, datangnya kabar duka hari ini tetap terasa sesak di dada. Sosok Yoni Beti bagi keluarga besar SMAN Kualin, memiliki tempat tersendiri di ruang hati masing-masing guru dan siswa. Sepanjang Sabtu siang, beranda facebook siswa dan para alumni penuh dengan ungkapan bela sungkawa. Satu dua kalimat yang ditulis siswa saya beri garis tebal. Ia guru yang tak pernah bicara kasar, dan sangat murah memberi senyum. Saya tahu, anak-anak ini tulus, dan gambaran mereka, itulah sebagian kekhasan sang guru. 

Yoni Beti, bagi saya adalah seorang  pribadi humble yang pernah saya kenal. Ia sangat apa adanya, hatinya, karakter dan penampilannya. Ia memiliki sesuatu yang menurut saya istimewa, dalam membangun relasi sosial dengan banyak orang. Keramahan, kesahajaan, dan apa adanya dia begitu khas. Dalam komunitas tempat tinggalnya, Ia diterima semua kalangan. Sosoknya yang teduh, mudah merekatkan orang. 

Di sekolah, cerita dan kesan tentangnya tak akan habis diurai. Ia humoris, periang. Di saat lain, dia bisa sangat matang dan bijak. Secara usia, Ia kami tuakan di sekolah, meski nikahnya paling terlambat. 

Cerita tentangnya, sesekali saya tersenyum dengan jaket pink, yang Ia kenakan, mengendarai motor Kualin -Kupang. Ia santai, meski banyak lelaki tak nyaman berbusana merah muda. 

Cerita tentangnya, juga akan saya kenang setiap kali bertugas menegurnya kala melihatnya konsumsi teh, es atau minuman manis berlebih. Ia memang suka makanan manis, hal yang akhirnya membuatnya berbaring lama di rumah sakit. 

Cerita tentangnya yang lain, saat Ia jatuh motor di Benlutu dalam perjalanan Kualin Soe untuk sebuah Bimtek. Lutut terluka,  celana kekinya robek panjang, tapi dengan santainya Ia masuk ruang bimtek dengan senyum, mengikuti kegiatan seperti biasa. 

Cerita tentangnya, juga soal mabuk otonya. Dalam beberapa kali perjalanan, hal yang paling Ia benci adalah menahan pusing atau mual selama perjalanan. Selemas apapun, Ia selalu tetap menghibur. 

Terlalu banyak cerita, rasanya tidak cukup diceritakan di sini tentangmu. Sosokmu akan kami rindukan. Mungkin inilah alasan, dirimu pergi dengan cepat, karena tahu, ada hal yang telah kau titipkan kepada kami, yakni figurmu yang teladan itu. 

Hatimu lembut, engkau penyayang, panutan, yang berbalut kesahajaan. Terimakasih, untuk perkenalan dan kebersamaan singkat ini. Nilai-nilai yang ada dalam dirimu, semoga bisa kami teruskan. Doa kami akan selalu mengiringi kepergianmu, ke peristirahatan abadimu. Rest in Love Kakak, sahabat...Yoni Beti. 



 






 


1 Komentar

Posting Komentar