MN Aba Nuen-SMAN Kualin

Secara historis, kehadiran SMA Negeri Kualin memiliki arti penting bagi warga kecamatan Kualin. Nilai sejarah itu terkait status satuan pendidikan ini, sebagai sekolah menengah atas negeri pertama, yang hadir melayani kebutuhan dasar pendidikan warga di delapan desa se-kecamatan Kualin. 


Ibarat oase di tengah padang pasir, kelahiran SMAN Kualin dengan SK Pendirian Nomor 318/KEP/HK/2008 tanggal 27 Nopember 2008  seperti mengobati kerinduan masyarakat, untuk menyekolahkan anak-anak di kampung sendiri.


Sebelum SMAN Kualin dibangun, warga kecamatan Kualin umumnya mengirim anak-anak ke luar wilayah untuk bersekolah di jenjang SMA atau sederajat. Kondisi ini tentu saja berdampak pada angka partisipasi murni anak yang bersekolah di jenjang SMA, sekaligus merupakan tantangan bagi program pemerintah wajib belajar 12 tahun, dan  ketersediaan sumber daya manusia dalam jangka panjang.  


Seiring perjalanan waktu, SMAN Kualin  berdiri megah di pusat kecamatan Kualin dalam wilayah administrasi desa Oni, dan telah menjadi salah satu institusi penting pendidikan, dalam geliat pembangunan di kecamatan Kualin.  


Secara kelembagaan, sekolah ini telah dipimpin oleh dua kepala sekolah, yakni, Drs.Thobias Tameon pada periode 2008-2012, dan dilanjutkan oleh Weyanus Beti, S.Pd sejak 2012 hingga kini. 


Untuk mendukung jalannya proses pembelajaran, SMAN Kualin memiliki 33 orang tenaga pengajar dan dan lima orang tenaga operasional pendukung. Sesuai data Dapodik tahun pelajaran 2022-2023, jajaran dewan guru ini melayani murid sebanyak 500-an orang, yang terbagi dalam 16 rombongan belajar. 


Untuk menghasilkan layanan pembelajaran yang bermutu, SMAN Kualin memiliki aset gedung dan fasilitas pendukung seperti perpustakaan, perangkat komputer, laboratorium dan lapangan olah raga yang cukup memadai. 


Akan tetapi, sebagus apapun fasilitas belajar, perlu kreatifitas dan inovasi guru untuk  memaksimalkan aset yang tersedia dalam mendukung pembelajaran yang berpusat pada murid. 


Di sekolah, selain mengajar mata pelajaran bahasa Inggris, saya diberikan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan sejak tahun 2017. Dalam mengemban tugas tambahan ini, optimalisasi fungsi perpustakaan baru sebatas tempat murid meminjam buku teks pelajaran, mengerjakan tugas dan aktifitas  membaca. 

Calon Guru Penggerak A4 TTS
Segala sesuatu mulai berubah, sejak saya terlibat dalam Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) angkatan 4 kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) pada Oktober 2021. PPGP telah menarik saya   masuk dalam gelombang transformasi pendidikan di Indonesia, teristimewa di sekolah saya SMA Negeri Kualin. 


Berpartisipasi di PPGP mengubah banyak hal dalam diri saya sebagai seorang pendidik. Menurut saya, PPGP membuka cakrawala berpikir, mengubah persepsi saya tentang murid, mengajari saya nilai kolaborasi dengan rekan guru dan menajamkan sisi kreatifitas dalam merancang pembelajaran.


Filosofi pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid-murid dan mendorong kepemimpinan mereka, memacu saya memanfaatkan perpustakaan sebagai aset sekolah untuk mewujudkan filosofi tersebut. 


Saya berpikir, selain proses pembelajaran di ruang kelas, mesti ada gerakan besar lain di lingkungan sekolah, untuk mendukung tumbuh kembang kompetensi murid secara holistik. Inilah refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa sebagai pendidik, tugas kita adalah membimbing dan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada dalam diri anak-anak.


Karenanya, sebagai CGP, prakarsa perubahan yang saya gagas pertama kali di SMAN Kualin adalah Menjadikan Perpustakaan Sebagai Pusat Gerakan Literasi Sekolah. Ide ini lahir dari hasil identifikasi kebutuhan dan aset yang tersedia di sekolah, serta merespon tantangan besar dalam dunia pendidikan di Indonesia yakni rendahnya kemampuan literasi siswa. 

Sharing dengan Pendamping di ruang Perpustakaan SMAN Kualin
Mimpi sederhana saya dibalik revitalisasi fungsi perpustakaan adalah bahwa selain sebagai tempat membaca, perpustakaan juga menjadi ruang mengasah soft skill murid seperti keterampilan berbicara (public speaking), melatih kepemimpinan dan keterampilan menulis. 


Langkah pertama dimulai. Gagasan ini saya komunikasikan dengan kepala sekolah sebagai pimpinan dan didiskusikan dengan rekan-rekan guru bahasa, pustakawan serta bendahara BOS. Inilah aset sumber daya manusia di sekolah yang harus saya berdayakan. 


Setelah melewati  diskusi dan sharing dengan banyak pihak terkait di sekolah, maka gerakan awal yang kami bangun mengadopsi konsep mulai dari diri. Saya bersama pustakawan mulai menata ruang baca perpustakaan senyaman mungkin, agar murid dan guru merasa betah saat berkunjung. 


Koleksi bacaan sebanyak 7000-an kami tata dengan rapi. Saya mengadvokasi ke bendahara BOS untuk pengadaan meubeler, gorden, rak buku dan pemasangan kipas angin dalam ruang baca. Administrasi pencatatan data pengunjung dan peminjaman buku berjalan tertib. Hasilnya, secara fisik, perpustakaan cukup nyaman untuk para pengunjung.


Proses penataan perpustakaan yang nyaman memberi kami inspirasi dan energi baru untuk melakukan terobosan berupa program kerja atau kegiatan. Januari 2022,kami mengawali tahun dengan terobosan baru yakni Memfasilitasi Pengadaan Majalah Dinding (Mading) Di Perpustakaan Sekolah. 


Target kami adalah mading menjadi media bagi warga sekolah untuk menyalurkan kreatifitas menulis. Mading akan menjadi titik temu antara dua keterampilan, yakni membaca dan menulis. Singkatnya, harapan kami kehadiran mading akan mengasah kerja otak untuk menghasilkan ide dan gagasan dalam bahasa tulis. 

Antusiasme murid membaca mading
Mading SMAN Kualin kami beri nama AMMNASIT. Diksi ini diambil dari  bahasa Dawan yang merupakan bahasa ibu warga sekolah kami., AMMNASIT berarti orangtua, merupakan akronim yang bersifat ajakan, yakni “ Ayo Membaca dan Menulis, Ayo Berliterasi Teman-Teman.” 


Desain dan konten mading mulai dikerjakan selama Januari. Agar tampilan visualnya menarik, kami memilih bahan sterofoam warna-warni dengan bentangan sekitar 2x3 meter. 


Awal Februari 2022, edisi perdana mading terbit dengan materi utama, profil kepala sekolah, guru dan staf pendukung SMAN Kualin, ragam puisi dan artikel siswa, kabar berita dan galeri sekolah serta satu artikel populer ilmiah karya guru. 


Upaya ini berbuah manis, warga sekolah antusias melihat hal baru di sekolah. Perpustakaan menjadi lebih ramai dikunjungi guru dan murid. Semangat dan motivasi guru dan murid yang tulisannya terbit di mading mulai berlipat ganda. 


Saya menjawab antusiasme mereka dengan  merancang program kedua, yaitu Literasi Pagi Terbimbing Plus Public Speaking. Di program ini, saya berniat mengintegrasikan budaya membaca, menulis dan berbicara dikalangan murid. 

Literasi pagi terbimbing di depan perpustakaan
Caranya? Setiap pagi sebelum pembelajaran mulai, murid diberi kesempatan membaca selama 10-15 menit di pelataran perpustakaan. Saya dan pustakawan menyiapkan buku-buku bertema life skill dalam program ini. Setiap murid membaca satu buku dan membuat resensi singkat isi buku yang dibaca. 


Tulisan resensi kami seleksi di perpustakaan, dan resensi terbaik diterbitkan mading. Murid dengan resensi terpilih mendapat kesempatan bercerita tentang isi buku dan pengalaman membacanya di hadapan para guru dan semua murid pada apel siang. 

Saya tak menyangka, program ini berkembang dengan variasi menggunakan bahasa Inggris, justru diinisiasi oleh murid. Saya sungguh dibuat terharu, menyaksikan kreatifitas murid yang mulai tumbuh saat itu. 

Untuk merawat proses kreatif serta motivasi murid yang mulai menguat, saya berpikir untuk bagaimana membuka akses mereka untuk tampil di hadapan khalayak umum, bukan lagi di lingkup SMAN Kualin. Saya teringat kembali pada seorang murid yang saya latih dan kirim ke English Speech Competition tingkat propinsi November 2021 silam. 


Anak ini tampil sangat memukau, bicara promosi pariwisata kabupaten TTS dalam bahasa Inggris yang fasih. Meski tak meraih juara, namun penampilannya telah menarik minat murid lain untuk mengembangkan diri mereka di sekolah. 

Melatih murid dalam English Speech Competition

Insipirasi tersebut mendorong saya untuk memanfaatkan event-event lomba sebagai ajang ekspresi diri murid-murid. Mungkin, event lomba bisa menjadi tolak ukur keberhasilan program literasi yang kami kerjakan di SMAN Kualin.Tetapi bukan ini yang terpenting,  melainkan  murid bisa mengasah mental dan keberanian untuk tampil.


Untuk alasan ini, pada April 2022, saya melatih dan mendampingi seorang siswi untuk mengikuti lomba menulis karya ilmiah siswa SMA tingkat kabupaten TTS memperingati Hardiknas. Siswi ini terpilih dari seleksi ketat pada sejumlah murid yang sering menulis di mading sekolah. 


Rasen Manao, siswi kelas XII IPA 1 akhirnya berangkat ke Soe pada 11 April 2022 mewakili SMAN Kualin. Ia menulis tentang peran perpustakaan sekolah selama pembelajaran masa pandemi Covid-19.  Sekali lagi, saya terpukau, saat mengetahui Rasen sukses meraih juara 2 mengalahkan puluhan SMA lain se-TTS.  


Memang benar kata-kata Ki Hajar Dewantara, sebagai pendidik, tugas kita hanya membimbing segala kekuatan kodrat yang dimiliki murid. Biarkan murid tumbuh dan berkembang sesuai minat dan bakatnya. 

Raden Manao, juara 2 lomba menulis karya ilmiah siswa SMA kab. TTS tahun 2022
Capaian tersebut menjadi indikator, bahwa upaya yang kami lakukan di perpustakaan untuk membangun budaya literasi di SMAN Kualin mulai berdampak positif. Capaian prestasi itu tidak boleh berhenti, tetapi harus dirawat. Untuk itu, saya pikir perlu ada program penguat secara berkelanjutan. Mading sekolah harus menjadi jembatan, peletak dasar kreatifitas menulis murid. 


Maka, pada bulan Mei 2022, saya menggelar kegiatan pelatihan jurnalistik dasar bagi murid-murid pengelola mading sekolah.Berbekal pengetahuan dan keterampilan menulis, kegiatan itu saya fasilitasi sendiri.  


Tujuannya, untuk meningkatkan keterampilan menulis dan agar estafet pengelolaan mading tetap ada di tangan murid. Kini, senang rasanya melihat mereka merencanakan konten mading, membagi tugas meliput hingga memproduksi konten. Di situ, mereka belajar mengelola tanggungjawab dan terutama melatih kepemimpinan. 


Selain itu, cara lain merawat gerakan literasi yang kami bangun di SMAN Kualin adalah memastikan agar peran perpustakaan sebagai poros utama aktivitas literasi tidak terhenti. Untuk itu, perlu ada wadah yang bertugas mengontrol gerakan itu. 


Pertimbangan ini telah menginspirasi lahirnya komunitas literasi SMAN Kualin. Komunitas ini dimotori guru-guru bahasa dan pustakawan. Salah satu agenda penting komunitas adalah mengadvokasi jurnalistik sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler di SMAN Kualin. Puji syukur, karena agenda itu telah berjalan pada tahun pelajaran 2021/2022 dan didukung oleh anggaran BOS. 


Antusiasme dan  kreatifitas yang ditunjukkan murid dan bahkan rekan-rekan guru dalam gerakan literasi di SMAN Kualin, semakin menyadarkan saya, tentang arti  dari dua aspek penting peran seorang guru penggerak, yakni menjadi pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan.  


Sebagai pendidik, proses demi proses yang dilalui di program pendidikan guru penggerak, semakin menajamkan kepekaan saya untuk mendesain program yang berdampak positif di sekolah. 

Siswa peserta pelatihan jurnalistik dasar
Praktik baik yang saya gagas dari perpustakaan SMAN Kualin sepanjang tahun 2022, telah memberikan saya banyak pelajaran berharga tentang beberapa hal, pertama, pentingnya komunikasi, koordinasi dan kolaborasi dengan stakeholder lain di sekolah. Komunikasi yang baik dengan kepala sekolah, rekan guru dan murid telah melahirkan kolaborasi yang hebat. Tanpa kolaborasi, sulit untuk bergerak melakukan perubahan di sekolah. 


Hal itu saya buktikan ketika ditugaskan kepala sekolah menjadi pembina OSIS SMAN Kualin pada Agustus 2022. OSIS kami mati suri hampir delapan tahun. Target pertama sebagai pembina adalah memfasilitasi pemilihan  badan pengurus baru. 


Bulan Agustus saya pakai untuk konsolidasi dengan majelis perwakilan murid dari 16 kelas. Proses seleksi  bakal calon ketua dimulai pada akhir Agustus. Awal September 2022, kami berhasil menjaring tiga bakal calon ketua dan wakil ketua untuk maju memaparkan visi misi mereka di hadapan dewan guru dan ratusan siswa. 


Pada 15 September 2022, bekerjasama dengan wakasek kesiswaan, kami menggelar pemilihan ketua OSIS periode 2022-2023 secara langsung dan terbuka. Pemungutan suara melibatkan 482 dari 500-an murid pemilik suara. Prosesnya kami desain mirip pilkada/pileg, sebagai ajang pembelajaran proses demokrasi bagi murid-murid. 


Pada Desember 2022, kami menggelar latihan dasar kepemimpinan bagi anggota badan pengurus OSIS terpilih, untuk menyiapkan estafet kepemimpinan organisasi. Sekali lagi, kegiatan ini sukses dilaksanakan berkat kolaborasi dengan rekan-rekan guru dan pihak eksternal dari Kepolisian Sektor Kualin. 

Kedua, konsistensi antara perencanaan dan aksi nyata harus sejalan. Sebagus apapun rancangan  kegiatan, jika tidak didukung dengan kemampuan mengeksekusi, maka sulit untuk menilai indikator keberhasilannya.    

Ketiga, selalu melakukan refleksi terhadap setiap kegiatan yang dijalankan. Refleksi akan membuka mata hati dan pikiran kita untuk menemukan celah kekurangan program, untuk kemudian memperbaikinya di masa depan.

Wakil ketua OSIS saat simulasi memimpin rapat dalam LDK
Partisipasi saya di program pendidikan guru penggerak telah memberikan pengalaman belajar yang hebat. Dua belas tahun menjalani profesi sebagai pendidik, menurut saya PPGP adalah program canggih yang adil bagi semua guru dan hasilnya sangat terukur.
 

Kini, komitmen saya adalah terus bergerak memberikan dampak positif, minimal di SMAN Negeri Kualin. Salam dan  bahagia.

2 Komentar

Posting Komentar