Catatan Training Penulisan Karya Ilmiah Populer dan Semi Formal di SMAN Tobu
Suasana Training Peningkatan Kompetensi Literasi Guru SMAN Tobu, Jumat, 21/6/2024 |
Rute Soe-Kapan masih diselimuti kabut tebal, saat saya melintas pada Jumat pagi, 21 Juni 2024. Tujuan yang saya setting di Google Map adalah SMA Negeri Tobu. Sekolah ini terletak sekitar 12 km di Utara Kapan, Kecamatan Mollo Utara. Jalur Kapan-Tobu didominasi turunan dan tanjakan dengan hotmix mulus.
Tanjakan semakin panjang selepas dari tugu pertigaan Tobu dan Fatumnutu ke arah Eban di Kabupaten Timor Tengah Utara. Beberapa titik longsor terlihat memotong badan jalan yang nyaris putus. Tepat pukul 08.29 WITA, saya masuk gerbang sekolah. Suasana sepi, karena murid-murid sudah libur semester. Dari parkiran, saya mengamati sejenak tata letak gedung sekolah.
Kontur tanah yang miring diakali dengan tata letak bangunan yang menarik. Di bagian Timur, dari ketinggian berdiri megah gedung kantor, ruang guru dan kepala sekolah. Di depannya, ada air mancur berundak dan aneka tanaman hias yang membuat suasana tampak adem dan segar. Persis di depan air mancur,, tersusun belasan anak tangga menuju ke lapangan upacara. Anak tangga itu diapit dua bak reservoir di kiri kanan, untuk menyuplai kebutuhan air warga sekolah.
Satu-satunya areal yang datar adalah lapangan upacara. Tidak luas, sekitar 20x20m. Semakin ke Barat, tanah semakin miring tapi dipenuhi bangunan ruang kelas. Tata letak bangunan disusun menyerupai leter L menghadap ke lapangan upacara. Dinding-dinding depan ruang kelas dipenuhi visual kegiatan sekolah termasuk data anggaran BOS. Ini unik, baru saya jumpai di sekolah ini. Kreasi ini juga mengandung pesan, tentang transparansi anggaran di sekolah ini. Di depan ruang kelas, juga berjejer bak-bak kolam ikan Lele. Ini juga menarik. Jiwa-jiwa entrepreneurship murid dipupuk dari sini sesuai kondisi lingkungan sekolah.
Kepala SMAN Tobu Abednego Baun, S.Pd (kemeja merah) dan MN Aba Nuen (tengah) |
Di kantor, saya disambut hangat oleh kepala sekolah dan guru-guru. Abednego Baun, S.Pd., sang ‘arsitek’, kepala SMAN Tobu saat ini. Saya mengenalnya sebagai sosok kepala sekolah yang adaptif dan sangat konsen pada pengembangan kompetensi guru-gurunya. Ia sangat terbuka pada dinamika dan perubahan di dunia pendidikan. Saat ini, sekolahnya punya lima guru penggerak. Itu salah satu indikatornya. Kepemimpinannya visioner.
Kami lalu beranjak ke aula sekolah, tempat dimana guru-guru telah berkumpul. Di sana, akan berlangsung training Peningkatan Kompetensi Literasi Guru SMAN Tobu. Saya diundang memfasilitasi jalannya training ini, untuk sesi menulis ragam karya ilmiah.
Seminggu sebelum kemari, saya melakukan asesmen kebutuhan guru-guru. Produk tulisan genre apa yang ingin mereka dalami. Awalnya mereka mengagendakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai salah satu focus training, selain penulisan artikel populer.
Saya memberi pertimbangan, bahwa saat ini regulasi telah berubah dari Permen PAN & RB Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya telah diganti dengan Permen PAN & RB Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Jabatan Fungsional. Implikasi perubahan itu adalah, publikasi ilmiah guru tak lagi menjadi syarat wajib dalam kenaikan pangkat guru.
Kepala SMAN Tobu, narasumber, dan Guru peserta training |
Dengan kata lain, PTK bukanlah menjadi kebutuhan yang mendesak. Singkat kata, panitia akhirnya beralih ke penulisan karya ilmiah semi formal seperti laporan eksperimen dan makalah. Dalam jangka panjang, ini pilihan logis, karena SMAN Tobu punya agenda menerapkan Project Based Learning,melalui penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) oleh peserta didik.
Sesi ini saya fasilitasi dengan pendekatan Training of Trainer (ToT), untuk menyiapkan kapasitas guru-guru sebagai pendamping penulisan KTI oleh murid-murid kelak. Paparan teori menulis dan sharing pengalaman penerapan project KTI di SMAN Kualin tahun 2024 menjadi sajian saya.
Pada sesi kedua, sharing berlanjut tentang tips menulis artikel populer. Sesi ini lebih menantang, karena peserta terlibat langsung dalam praktik menulis opini atau esai bertema pendidikan. Mengapa mesti artikel? Karena artikel memiliki kekhasan dari sisi konten yang ringkas serta bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Artikel dapat menjadi jembatan bagi guru untuk mewartakan praktik-praktik baik pembelajaran di kelas, program yang berdampak pada ekosistem sekolah, maupun tool untuk menyuarakan ide dan gagasan guru.
Sesi bedah artikel salah satu peserta |
Di sesi ini, praktik menulis artikel opini bikin peserta terlihat serius, menarik napas panjang, dan sesekali Googling mencari referensi pendukung tulisan. Begitulah proses menulis. Tatapan serius di layar laptop, itu tanda otak sedang aktif bekerja. Pukul 15.00, praktik menulis mulai membuahkan beberapa artikel. Di sela-sela diskusi penulisan, dari beberapa peserta muncul satu sentilan menarik, yaitu “raciklah judul tulisan yang menggoda.” Sentilan itu nyata, beberapa judul artikel peserta memang bikin penasaran.
Misalnya, Menabung, kok Sulit Sekali, ditulis guru ekonomi Yeni Nomeni. Artikel ini renyah, bahasanya lugas, dan memang kontennya penting. Artikel milik Senglisara Saefatu dan Ostafina Liubana berjudul Menjadi Guru di Era Modern, Anugerah atau Beban? Ulasan artikel ini sangat kontekstual, dekat dengan kondisi riil kehidupan guru. Begitu juga dengan artikel Adi Vera Kune berjudul Mendampingi atau Menghakimi? Artikel ini menggunakan angle seorang guru Bimbingan Konseling dalam mengintervensi perilaku menyimpang murid.
Artikel-artikel yang ditulis kemudian melewati sesi review bersama untuk membuka ruang umpan balik sesama penulis. Sebagai narasumber, saya berharap proses menulis seperti ini memberi pengalaman belajar bermakna para peserta. Melihat dan mendengar dalam proses belajar itu baik, tapi dengan melakukan, itu akan semakin mematangkan pemahaman sang pembelajarnya.
Posting Komentar