Oleh Ferny Sumbanu, S.Pd

Guru SMA Negeri Tobu


Menurut Harvey J.Graff, literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Melalui kegiatan literasi seseorang dapat mengasah kemampuan membaca, menulis dan keterampilan komunikasinya dengan baik. Membaca merupakan salah satu aktivitas sederhana yang membuka mata kita kepada dunia. Ungkapan ‘Buku adalah Jendela Dunia’ tentu relevan dalam konteks ini.. Dengan sebuah buku saja, kita dapat melihat luasnya dunia, banyaknya informasi dan pengetahuan, serta meningkatkan keterampilan kita.    


Pentingnya membangun budaya literasi di sekolah,  dapat mengembangkan kemampuan murid dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Program ini juga memanfaatkan aset yang tersedia di setiap kelas berupa adanya pojok baca, dengan harapan murid dapat meningkatkan minat baca. 


Ada beberapa faktor penghambat peningkatan budaya literasi di sekolah. Pertama, kurangnya dukungan dari keluarga maupun lingkungan sekitar mengenai pentingnya membaca. Di rumah, orang tua belum memiliki budaya membaca sebagai teladan bagi anak-anak. Budaya membaca menjadi salah satu hal kebutuhan , karenanya peran orang tua tidak kalah penting. Jika siswa berada dalam lingkungan yang selalu menstimulasi rasa ingin tahu, gemar membaca, hal itu kemudian akan berdampak kepada orang terdekat lainnya sehingga semakin banyak siswa yang mulai membaca. 


Kedua, kurangnya akses anak pada ketersediaan bahan bacaan,  menyebabkan banyak siswa kekurangan referensi untuk belajar. Oleh karena itu, setiap sekolah dapat menghidupkan gerakan literasi di setiap minggunya. Misalnya dengan kegiatan membaca satu artikel ataupun berita yang menambah wawasan bagi siswa. Pada konteks ini, motivasi dan kreativitas para guru dapat mengubah bacaan yang membosankan menjadi suatu yang digemari peserta didik.   


Untuk mewujudkan lingkungan fisik yang ramah literasi, perlu diciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik untuk kegiatan berliterasi. Perpustakaan sekolah perlu ditata, agar menarik bagi siswa dan melengkapinya dengan sarana dan bahan bacaan yang memadai. Gerakan literasi sekolah tidak hanya melibatkan peserta didik, tetapi juga teladan guru-guru.


 Ada beberapa kegiatan yang perlu di lakukan oleh pihak sekolah yakni pertama, mewajibkan siswa mengunjungi perpustakaan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara menyusun jadwal kunjungan ke perpustakaan dengan beragam kegiatan seperti membaca dan membuat resensi buku.


Kedua, pengadaan majalah dinding (mading) sebagai media penyaluran kreatifitas dalam menulis. Pembuatan mading di setiap kelas akan membuka kesempatan siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekolah. Setelah itu, peserta didik diminta untuk membuat artikel atas apa diamatinya. Hasil tulisan tersebut ditempelkan pada mading kelas dan dibaca semua warga sekolah. Program ini dapat dilakukan setiap minggu tau dwi mingguan.


Ragam kegiatan lain yaitu, membuat pohon literasi kelas. Pohon literasi dibuat oleh peserta didik secara mandiri dengan bimbingan guru atau wali kelas. Daun-daun yang ada pada pohon literasi yang terbuat dari kertas ditulisi dengan cita-cita, motivasi atau bahan bacaan lainnya.  


Ada pula media poster sekolah, yaitu membuat poster-poster yang berisi ajakan, motivasi, dan kata-kata mutiara yang berkaitan dengan budaya literasi. Poster tersebut kemudian ditempel atau digantung di beberapa sudut kelas yang mudah dilihat dan dibaca, baik oleh peserta didik maupun guru. 


Selain itu, kreatifitas lain yakni dinding motivasi. Dinding motivasi adalah sebuah hiasan dinding kelas yang berisi kata-kata motivasi yang dibuat oleh peserta didik sendiri sebagai suatu inspirasi. Untuk itu, peserta didik dapat mencarinya di internet, namun akan lebih baik jika peserta didik berkreasi sendiri. 


Bentuk kampanye literasi di sekolah juga dapat dilakukan melalui pembuatan sudut baca. Sudut-sudut baca di sekolah sangat diperlukan peserta didik untuk mengisi waktu luang di sela-sela istirahat. Hal itu perlu dilakukan karena ruang perpustakaan yang relatif sempit dan tak cukup menampung jumlah peserta didik yang relatif banyak


Kreasi berikutnya adalah menggelar lomba karya literasi. Lomba ini menjadi salah satu program gerakan literasi sekolah yang menarik. Lomba tersebut dapat berupa lomba mading antar kelas, lomba pojok baca, lomba membuat pohon literasi, lomba poster, lomba menulis puisi, cerpen, artikel dan lainnya.


Penerapan ragam kegiatan di atas dapat menjadi strategi membangun budaya literasi di sekolah. Dalam pelaksanaannya, diperlukan kolaborasi dan partisipasi semua warga sekolah secara konsisten

Post a Comment