Transaksi barter di Pasar Waiwuring pada Sabtu pagi, 29/6/2024

Apa yang anda bayangkan, jika datang ke pasar tanpa uang, tetapi tetap bisa mendapat barang yang diinginkan? Di era modern, dimana transaksi jual beli selalu melibatkan uang sebagai alat tukar, tentu ini adalah fenomena menarik. 

Pasar Barter Desa Waiwuring, Kecamatan Witihama-Pulau Adonara adalah tempatnya. Letaknya persis di tepi laut, menghadap ke Selat Lewoleba di Pulau Lembata. Pasar ini hidup lagi setelah lama mati suri. 


Pada tahun 1970-1990-an, pasar ini ramai oleh para pedagang Bugis, Padang, dan pedagang lokal di Pulau Adonara dan Lembata. Memasuki tahun 2000-an, pasar ini kehilangan roh sebagai tempat jual  beli, karena sepi. 


Tahun 2024, Kepala Desa Waiwuring,  Muhamad Mukhtar menghidupkan kembali aktivitas pasar dengan opsi pasar barter. 

Seorang ibu menukarkan kelapa dengan ikan di Pasar Barter Waiwuring

Aktivitas jual beli di pasar ini tidak menggunakan uang sebagai satu-satunya alat transaksi. Dengan sistem barter, suatu barang bisa ditukar dengan barang lain sesuai kesepakatan para pemiliknya. 


Umumnya transaksi di sini melibatkan bahan-bahan makanan seperti pisang, jagung, kacang-kacangan, buah-buahan dan aneka sea food.


Pada setiap Sabtu pagi, masyarakat pedalaman di Kecamatan Witihama dan Kelubagolit yang mayoritas petani, datang  membawa hasil pertanian, untuk ditukar dengan aneka hasil laut seperti ikan, siput, kerang, gurita dan rumput laut milik para nelayan Suku Bajo. 


Bagi saya, eksistensi pasar ini memiliki setidaknya dua nilai (value) yang penting untuk dikaji. Pertama, dari aspek sosiologi dan budaya, pasar ini merupakan titik pertemuan dua budaya yaitu Lamaholot dan Bajo yang berasal dari Pulau Sulawesi. Kedua etnis ini memiliki bahasa yang jauh  berbeda, tetapi transaksi barter seakan menyatukan perbedaan tersebut. 


Kedua, Pasar Barter Waiwuring juga memiliki nilai penting di era modern, yang mematahkan hegemoni uang sebagai penguasa ekonomi. Pasar ini membuka peluang masyarakat untuk tetap memiliki akses pada sumber makanan, meski tak punya uang. Uang bukan segalanya di pasar ini. Karenanya, pasar ini harus tetap hidup karena memiliki nilai ekonomis, sosiologis dan budaya yang unik. 













 

Post a Comment