Oleh Jerry K. Feo, S.Pd. Gr. 
Guru SMPN Amanuban Tengah-Kab. TTS


Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) merupakan inisiatif penting dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengembangkan kompetensi guru. Namun, di balik kesuksesan program ini, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi oleh para guru, salah satunya adalah kegagalan dalam penulisan esai. 


Kompetensi menulis berperan penting dalam seleksi PGP. Banyak guru yang merasa kesulitan karena tidak terbiasa menulis dan memiliki kosa kata yang kurang memadai.


Kurangnya Kebiasaan Menulis

Menulis adalah keterampilan yang membutuhkan latihan dan pembiasaan. Banyak guru yang sehari-harinya lebih fokus pada kegiatan mengajar di kelas dan administrasi sekolah, sehingga mereka jarang memiliki kesempatan untuk menulis secara mendalam. Berikut beberapa alasan mengapa kebiasaan menulis ini kurang terasah. 


Pertama, guru lebih fokus pada  aktivitas pengajaran. Rutinitas harian seorang guru lebih banyak dihabiskan untuk merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, sehingga waktu untuk menulis sering kali terbatas.


Kedua, keterbatasan pelatihan kepenulisan. Banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan khusus mengenai teknik menulis yang efektif. Pelatihan yang ada biasanya lebih fokus pada metode mengajar dan manajemen kelas.


Ketiga, keterbatasan waktu. Profesi guru dengan tuntutan administratif dan berbagai kegiatan sekolah lainnya sering kali menyita waktu guru, sehingga mereka kesulitan mencari waktu luang untuk menulis.


Kekurangan Kosakata

Kosakata yang kaya adalah salah satu kunci utama dalam menulis esai yang baik. Namun, banyak guru yang merasa kurang percaya diri karena kekurangan kosakata. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain, pertama minimnya aktivitas literasi membaca. Kebiasaan membaca sangat mempengaruhi kekayaan kosakata seseorang. Banyak guru yang, karena kesibukan, jarang memiliki waktu untuk membaca buku-buku di luar bahan ajar.


Kedua, kurangnya akses ke sumber belajar. Di beberapa daerah, akses terhadap sumber belajar seperti buku, jurnal, dan media lainnya masih terbatas. Hal ini mengurangi kesempatan guru untuk memperkaya kosakata mereka.


Ketiga, terbatasnya pengalaman menulis. Pengalaman menulis yang minim membuat guru kurang terbiasa mengembangkan ide-ide mereka secara tertulis, sehingga kosakata yang digunakan pun cenderung terbatas.


Kegagalan dalam penulisan esai memiliki dampak yang signifikan terhadap Program Guru Penggerak. Esai merupakan salah satu syarat penting dalam seleksi dan evaluasi peserta program ini. Kegagalan menulis esai dapat menghambat kesempatan guru untuk mengikuti dan berhasil dalam program tersebut.


Solusi untuk Mengatasi Tantangan

Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah bisa diambil. 

Pertama melaksanakan pelatihan menulis. Memberikan pelatihan khusus tentang teknik menulis yang efektif, termasuk cara memperkaya kosakata, dapat membantu guru meningkatkan kemampuan menulis mereka.


Kedua, mendorong kebiasaan membaca. Mengadakan program membaca rutin atau klub buku di sekolah dapat membantu guru memperkaya kosakata mereka dan memperluas wawasan.


Ketiga, menyiapkan waktu khusus untuk menulis. Menyediakan waktu khusus dalam jadwal guru untuk menulis dan refleksi dapat membantu mereka membiasakan diri dengan kegiatan menulis.


Keempat, meningkatkan akses ke sumber belajar. Meningkatkan akses guru ke berbagai sumber belajar seperti buku, jurnal, dan kursus online dapat membantu mereka memperkaya kosakata dan pengetahuan mereka.

Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan para guru dapat lebih terbiasa menulis dan memiliki kosakata yang lebih kaya, sehingga mereka dapat lebih sukses dalam mengikuti program Guru Penggerak dan pada akhirnya, berkontribusi lebih besar dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia kususnya Nusa Tenggara Timur.


1 Komentar

Posting Komentar