MN Aba Nuen-dokpri


Mengapa memilih mengikuti Pendidikan Guru Penggerak? Mengembangkan kompetensi diri? Menjadi kepala sekolah? Pengawas? 


Bisa jadi iya, bisa juga tidak. Tidak ada yang salah dengan pilihan itu. Setiap Guru Penggerak (GP) punya visi pribadi. Regulasi juga membuka ruang pengembangan karir via GP. Satu kesamaan diantara banyak GP adalah bergerak untuk memberikan dampak positif pada ekosistem sekolah. Buatlah perubahan sesuai porsi dan kewenangan kita di sekolah. Jangan ada kecenderungan menggunakan label GP untuk mengambil peran rekan lain. 


Asas inilah yang terus saya pegang, untuk melahirkan gerakan perubahan di SMA Negeri Kualin. Sebagai pengelola perpustakaan sekolah, saya menjadikan perpustakaan sebagai poros penting dalam upaya pengembangan  sekolah.


Perpustakaan sekolah bukan tempat menyimpan buku-buku teks pelajaran, fungsi itu terlalu sempit. Perspektif ini yang menjadi inspirasi saat menjalani pendidikan guru penggerak angkatan 4 akhir tahun 2021. Prakarsa perubahan saya kala itu dominan bersinggungan dengan peran perpustakaan. 


Perpustakaan kami jadikan sebagai pusat gerakan literasi sekolah (GLS). Ragam kegiatan dan program dirancang di sana. Kenyamanan ruang baca, diferensiasi  bahan bacaan, program menulis di mading, ekstrakurikuler jurnalistik, dan mengirim murid dalam lomba-lomba di bidang literasi adalah beberapa contohnya. 


Program perpustakaan SMAN Kualin terbaru adalah menggelar Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah dan Artikel untuk Guru SMAN Kualin. Kegiatan berlangsung pada Rabu-Jumat, 28-30 Agustus 2024. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk dukungan terhadap program sekolah di bidang pembelajaran, yakni pembelajaran berbasis projek dan asesmen berbasis projek karya tulis ilmiah (KTI) yang telah diterapkan untuk murid kelas XII pada tahun pelajaran 2023/2024. 


Singkat  cerita, lokakarya ini menjadi bukti sinergi program antar unit yang ada di SMAN Kualin. Setiap kegiatan saling terkoneksi, untuk mendukung pencapaian visi misi sekolah. 


Sebagai inisiator, saya mengirim Term of Reference (ToR) kepada dua narasumber di Kupang. Pertama dari Kantor  Bahasa Provinsi NTT, yang merespon dengan  mengirim  Haniva Y. Leo, editor dan penyuluh bahasa yang  baru pulang dari studi magister Semantik Leksikal di Australian  National University (ANU) Australia. 


Muda, lugas dan cerdas. Haniva memang sangat menguasai materinya tentang EYD edisi  V, bentuk dan pilihan kata, serta menyusun kalimat yang efisien. Ia membuat peserta larut dalam gelak tawa, untuk memudahkan memahami kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. 


Hari kedua, peserta lokakarya didatangi seorang sosok yang komplit. Ia mantan guru, pengawas sekolah, wartawan dan penulis. Namanya Thomas Sogen. Saat masih aktif berdinas, Ia adalah seorang penilai angka kredit kenaikan pangkat jabatan fungsional guru di Kabupaten Kupang. Ia sangat menguasai publikasi ilmiah, ragam jenis, dan sistematika penulisannya. Itulah mengapa, Ia saya undang untuk membedah penulisan karya tulis ilmiah. 


Materi  hari pertama dan kedua memang saya desain terbatas pada aspek teoritis, mirip Training of Trainer (ToT). Para peserta merupakan guru-guru pembimbing murid dalam penulisan karya ilmiah, karenanya mereka perlu memiliki pemahaman yang kuat pada aspek kebahasaan dan teknis penulisan KTI. 


Aura lokakarya muncul lebih kuat pada hari ketiga, karena peserta mulai masuk sesi praktik menulis. Saya fasilitatornya. Materinya tentang penulisan artikel populer. Saya mengganti baju guru dengan baju penulis, untuk membantu rekan-rekan saya calon penulis. Mereka saya bebaskan memilih tema, pendidikan secara umum atau praktik baik pembelajaran di kelas. Untuk membantu mengembangkan gagasan, saya tawarkan pola STAR  (situasi, tantangan, aksi dan refleksi). 


Sampai di sini, saya temukan satu pemandangan yang unik, yakni saat peserta hanyut dalam keseriusan merangkai kata, kalimat dan paragraf. Ada peserta yang menghabiskan 5-10 menit  memikirkan kata pertama untuk memulai tulisan. Ada juga yang  lancar menuangkan gagasan dalam tulisan. Begitulah proses kreatif menulis. Gampang-gampang sulit. 


Menulis tidak butuh orang pintar, tetapi orang yang konsisten menulis. Menulis adalah keterampilan yang harus dilatih. Karenanya, kepada rekan-rekan guru, berulangkali saya katakan, mari kita mulai menulis, dengan cara mulai menulis.  Saya tentu senang, karena ada 20-an naskah artikel yang ditulis para peserta lokakarya yang terkumpul di akhir kegiatan. Jadi, output kegiatannya jelas dan terukur, dan terutama berdampak. 


Kualin, 1 September 2024


2 Komentar

Posting Komentar