Oleh Novi Misa, S.Pd.Gr.-Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Mollo Selatan

Menjadi seorang guru bagi saya adalah sebuah anugerah, meski awalnya tidak bercita-cita menjadi guru. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. 


Sementara Dri Atmaka (2004:17), mendefinisikan pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan kognisi, fisik dan spiritual. 


Berangkat dari definisi di atas, saya menyadari bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru tidaklah ringan. Ini adalah sebuah kesadaran reflektif, terutama terkait dengan peran saya sebagai seorang guru bahasa Inggris.


Bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran wajib dalam struktur Kurikulum Merdeka. Di sekolah, saya mengasuh pelajaran bahasa Inggris (wajib) di kelas XI. Bahasa Inggris tingkat lanjut di kelas XI dan XII dikenal dengan moving class, yang dalam struktur kurikulum 2013 dikenal dengan mata pelajaran peminatan. 


Pengalaman selama 16 tahun mengajar bahasa Inggris, tentu memberikan saya banyak kesan, dan berbagai dinamika dalam proses pembelajaran bersama peserta didik. Mengajar suatu bahasa yang bukan bahasa ibu (mother tounge), tentunya ada keunikan dan kesulitan tersendiri sebagai seorang guru. Siswa kerap terjebak pada pemikiran, untuk apa mempelajari bahasa orang lain, sedangkan bahasa nasional sendiri masih ‘jatuh bangun’. Selain itu, muncul stigma bahwa bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang sulit untuk dipelajari.


Berdasarkan realita temuan di kelas, siswa yang kurang tertarik pada bahasa Inggris, dapat dikatagorikan dalam beberapa kelompok antara lain, mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris, tidak terbiasa berinteraksi dalam bahasa Inggris, dan kelompok yang tidak percaya diri untuk menggunakan bahasa Inggris. 


Merespon kondisi demikian, terkadang saya berefleksi tentang bagaimana peran saya dalam membimbing murid-murid, agar mereka dapat menyukai bahasa Inggris. Atau saya masih harus lebih ekstra bekerja dan belajar, untuk membimbing mereka. 


Pada titik ini, menurut saya ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi minat atau keinginan siswa untuk mempelajari bahasa Inggris. Contoh, letak geografis tempat tinggal yang kebanyakan jauh dari kota, penggunaan bahasa Inggris yang sangat minim dalam keseharian mereka, karena ketiadaan teman untuk berkomunikasi Ini merupakan masalah yang paling sering ditemui, di ekosistem sekolah saya.  


Kondisi demikian tentu butuh intervensi guru. Upaya yang sering saya lakukan adalah, mengedukasi siswa tentang pentingnya bahasa Inggris. Sebagai bahasa dunia, bahasa Inggris dapat menjadi gerbang utama untuk meniti karir mereka kedepan. Bahasa Inggris memungkinkan seseorang untuk bekerja di negara manapun, dengan penghasilan yang memadai. Meyakinkan murid dengan penjelasan seperti ini, jelas bukan hal yang mudah, tetapi sebagai guru bahasa Inggris, ini adalah tugas sekaligus kewajiban moril.


 Mempelajari bahasa Inggris, bukan hanya tentang tinggi atau rendahnya nilai yang diraih murid, tetapi bagaimana mereka bisa menggunakan bahasa Inggris ini sebagai bekal untuk masa depan mereka. Ada pepatah yang mengatakan one word you know about English, it means you can hold all the entire world, satu kata dalam bahasa Inggris yang anda ketahui, berarti anda akan menguasai seluruh dunia.

Artikel ini merupakan output dari program kemitraan labmenulis.com dan SMAN 1 Mollo Selatan


2 Komentar

Posting Komentar