Oleh Yance Baceba Selan, S.Pd.
Guru Matematika SMAN 1 Mollo Selatan

Matematika adalah salah satu pelajaran yang  sangat formal. Karena prosedur pengerjaannya harus benar disertai teori-teori yang mendukung. Pola berpikir matematika juga harus terstruktur.  Hal ini menyebabkan matematika dianggap sebagai ilmu yang sangat kaku. Tidak heran dari dulu sampai sekarang, matematika masih menempati posisi teratas mata pelajaran yang paling sulit dan menakutkan di kalangan peserta didik.



Untuk mengantisipasi hal tersebut, dalam proses pembelajaran matematika di kelas, perlu adanya inovasi-inovasi dari guru yang membuat peserta didik termotivasi dan bersemangat untuk belajar. Salah satu pendekatan yang relevan adalah menyesuaikan pembelajaran dengan gaya belajar kinestetik.



Penerapan gaya belajar kinestetik dalam belajar matematika, merujuk pada penggunaan gerakan fisik dan aktivitas tangan untuk membantu peserta didik memahami konsep-konsep matematika. Pendekatan ini efektif, untuk peserta didik yang menyukai pembelajaran dengan dengan keterlibatan fisik.



Dalam konteks matematika, penerapan pembelajaran kinestetik dapat mencakup berbagai teknik yang menggabungkan gerakan tubuh dan manipulasi objek untuk menerapkan prinsip-prinsip matematika. Salah satu penerapan gaya kinestetik dalam pembelajaran matematika adalah penggunaan alat peraga. 



Menurut (Sudjana, 1989) alat peraga adalah suatu alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik. Alat peraga yang digunakan secara benar dapat mempermudah, memperbaiki atau meningkatkan penguasaan konsep, mempermudah abstraksi,  meningkatkan efisiensi waktu, memberikan variasi pembelajaran, memberikan motivasi, meningkatkan keterlibatan peserta didik  dalam proses pembelajaran.


Alat peraga yang baik, pembuatannya setidaknya harus memenuhi beberapa syarat yaki pertama, sesuai dengan konsep matematika, dapat memperjelas konsep matematika baik dalam bentuk real, gambar atau diagram dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman konsep matematika). Kedua, tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat), bentuk dan warnanya menarik, dari bahan yang aman bagi kesehatan peserta didik. Ketiga, sederhana dan mudah dikelola (dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dipasangkan, dan sebagainya) agar peserta didik dapat belajar secara aktif baik secara individual maupun kelompok, serta ukurannya sesuai dengan ukuran fisik dari peserta didik.



Alat peraga matematika seperti Abacus (Sempoa),  Model Bangun Geometri 3D, Jangka, Penggaris, Kartu Angka, Kalkulator dan benda-benda manipulatif lainnya dapat digunakan untuk mengajarkan konsep-konsep matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pecahan atau geometri.

 


Berdasarkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan penulis di SMA Negeri 1 Mollo Selatan pada kelas XI, ditemukan masalah bahwa pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disukai oleh peserta didik. Akibatnya, tujuan pembelajaran yang ditetapkan tidak tercapai dengan baik. Banyak peserta didik sulit untuk memahami materi matematika yang bersifat abstrak. Keberagaman karakteristik gaya belajar peserta didik di dalam kelas yang sangat kontras, juga membuat sebagian besar peserta didik jenuh dengan pembelajaran yang monoton. Peserta didik lebih banyak mendengar penjelasan  guru, dan kurang terlibat dalam proses belajar karena keterbatasan media ajar.

 


Sebagai seorang guru matematika, saya merasa bertanggung jawab dalam mendesain pembelajaran yang kreatif, inovatif, menantang dan menyenangkan. Salah satu kiatnya yaitu menggunakan media/alat peraga yang tepat untuk meningkatkan pemahaman peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif.

 


Pembelajaran dilakukan melalui strategi diferensiasi konten dan proses  sesuai gaya belajar murid. Khususnya pada kelompok kinestetik penulis mendesain sendiri alat peraga. Misalnya pada topik materi Penjumlahan dan Pengurangan Matriks, penulis mendesain LKPD yang menarik dan media berupa alat peraga. Alat peraga yang dibuat oleh penulis memanfaatkan karton, lem dan penggaris.



Pembuatan alat peraga ini cukup mudah, tidak memerlukan waktu yang lama dan tidak membutuhkan biaya yang mahal. Kemudian peserta didik berdiskusi menyelesaikan masalah dengan media tersebut. Jika ada kesulitan peserta didik menanyakan pada guru. Setelah berdiskusi peserta didik mempresentasikan apa yang telah dikerjakan. Kemudian kelompok yang lain memberikan tanggapan. Setelah mempresentasikan hasil diskusi, peserta didik sama-sama menyimpulkan  pembelajaran. Dan pada akhir pembelajaran diberikan tes formatif untuk mengukur sejauh mana pemahaman peserta didik pada pembelajaran tersebut.



Dampak dari pembelajaran berbasis kebutuhan murid seperti ini,  dirasa efektif karena desain kegiatan yang berpusat pada peserta didik, mampu meningkatkan keaktifan peserta didik selama pembelajaran. Keterlibatan aktif dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Penggunaan alat peraga, juga efektif membantu murid memahami  konsep matematis. Hal ini terlihat dari hasil tes sumatif yang mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis peserta didik tergolong baik.



Faktor yang menentukan keberhasilan pembelajaran ini, sangat ditentukan oleh kemampuan guru mengelola pembelajaran berdasarkan media dan sintaks pembelajaran yang disusun.


Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan belajar sesuai gaya belajar kinestetik dengan penggunaan media /alat peraga dan inovasi pembelajaran, merupakan upaya mewujudkan pembelajaran bermakna bagi peserta didik. Cara demikian, efektif membantu murid memahami konsep matematis, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Post a Comment