Oleh Diana Babys, S.Pd. Guru Fisika SMKN Polen Alumnus Prodi Pendidikan Fisika - Undana Kupang tahun 2007 |
Teknologi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dalam dunia pendidikan, teknologi menghadirkan banyak peluang sekaligus tantangan. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai inovasi muncul untuk mendukung proses pembelajaran, namun hal ini juga memunculkan pertanyaan: apakah pendidikan dan teknologi dapat berjalan harmonis, atau justru menjadi tantangan?
Kunci untuk menciptakan harmoni antara pendidikan dan teknologi, terletak
pada keseimbangan pendekatan guru. Guru, perlu memahami cara mengintegrasikan
teknologi dengan tepat, dan memastikan penggunaannya tidak hanya mendukung
pembelajaran, tetapi juga mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, kolaborasi, dan
pemecahan masalah. Karenanya, pemerintah, perlu memastikan ketersediaan infrastruktur
pendukung secara merata, untuk memudahkan akses peserta didik.
Penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) berbantuan simulasi PhET dalam pembelajaran di kelas, membawa
harapan bahwa akan ada perubahan signifikan terhadap prestasi belajar peserta
didik. Sebagai guru Fisika, saya memiliki harapan serupa, bahwa penerapan PBL berbasis
simulasi PhET dapat membantu peserta didik memahami materi pelajaran.
Berdasarkan pengalaman menerapkan pembelajaran berbasis simulasi PhET, ada sejumlah tantangan yang bisa dipetakan. Antara lain pertama, perubahan peran guru karena dalam PBL, peran guru berubah dari mentransfer pengetahuan menjadi fasilitator dan pembimbing, Hal ini membutuhkan penyesuaian, bagi guru yang terbiasa dengan pendekatan pembelajaran tradisional seperti ceramah.
Kedua, kesulitan dalam
merancang masalah yang tepat karena PBL bergantung pada adanya masalah yang
menantang dan relevan untuk memotivasi siswa. Merancang masalah yang tepat dan
menarik dapat menjadi tantangan bagi guru.
Ketiga,
rendahnya kemampuan peserta
didik dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran pada materi
tumbukan, dengan menggunakan simulasi PhET. Selain itu, peserta didik
juga belum terbiasa belajar dengan penerapan model pembelajaran yang berbasis
pemecahan masalah.
Di sisi lain, pengalaman penerapan PhET Simulation
juga memberikan saya beberapa pembelajaran berharga, yaitu pertama, kualitas
pembelajaran semakin baik. Indikatornya adalah, siswa lebih tertarik dengan media pembelajaran,
terutama pada sesi menyimak video pembelajaran. Dengan penerapan PBL, peserta
didik lebih terlibat aktif, dan guru bertugas membimbing peserta didik
mengembangkan teknik penyelesaian masalah.
Untuk permasalahan yang menantang, peserta didik merespon
pertanyaan guru, dan bekerja secara berkelompok untuk memecahkan permasalahan. Dampak
yang dirasakan adalah adanya peningkatan kerjasama kelompok, keberanian dalam mengemukakan
pendapat, peningkatan keaktifan dalam belajar, berkembangnya
keterampilan komunikasi, dan terutama berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal.
Dampak lain yang dirasakan guru yaitu pertama, guru
lebih terarah dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai langkah-langkah yang telah dirancang.
Kedua, guru semakin terbiasa
dalam menggunakan media teknologi
dalam pembelajaran. Ketiga, suasana kelas terlihat
semakin kondusif pada setiap
pertemuan. Keempat, siswa lebih antusias dan semangat
untuk belajar, karena kombinasi penggunaan media teknologi media konkrit
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan
penerapan simulasi PhET dalam pembelajaran Fisika di kelas, saya dapat
menyimpulkan bahwa sebagai guru, kita harus kreatif dan inovatif dalam
merancang pembelajaran. Karenanya, penerapan model PBL merupakan salah satu
pendekatan yang relevan.
Pendekatan
demikian dapat membangkitkan rasa ingin tahu, serta menggali pengetahuan awal dan pengalaman siswa, terhadap materi
pelajaran. Selain itu, media pembelajaran didesain semenarik mungkin, untuk memudahkan pemahaman siswa dan
mengaitkannya dengan konteks kehidupan nyata.
Pada akhirnya, teknologi tidak dapat
menggantikan peran guru, melainkan variabel pelengkap, yang dapat memperkaya
pengalaman belajar peserta didik. Dengan pendekatan yang bijaksana, teknologi
dapat menjadi mitra yang harmonis dalam menciptakan generasi yang tangguh menghadapi
tantangan masa depan.
*Artikel
ini merupakan output kemitraan SMKN Polen dan labmenulis.com melalui training
kepenulisan untuk guru-guru
Posting Komentar