Oleh Anita F. Telnoni, S.Pd.
Guru Sejarah SMAN Kualin
Guru Penggerak Angkatan 9
Literasi dapat diartikan sebagai pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu. Literasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. (Menurut KBBI). Bagi sebagian orang literasi merupakan hal yang lumrah dan sudah menjadi kebutuhannya. Sehari tanpa berliterasi bagaikan sayur tanpa garam.
Tapi
tidak dengan yang saya alami, saya adalah guru di salah satu sekolah di
pedalaman Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sebagai seorang guru saya punya
tanggung jawab besar terhadap perkembangan peserta didik yang saya asuh. Salah
satu masalah yang sering saya hadapi yaitu kurangnya minat peserta didik untuk
membaca. Dampaknya, siswa menghadapi kesulitan dalam banyak hal, termasuk saat
mengerjakan soal Asesmen Nasional yang
nota bene berhubungan erat dengan literasi.
Berdasarkan masalah tersebut, saya
berinisiatif membangun budaya literasi bagi peserta didik saya dengan membuat
pojok literasi di kelas binaan saya. Saya merancang pojok baca di kelas,
semenarik dan senyaman mungkin. Tujuannya untuk menumbuhkan kebiasaan peserta
didik membaca setiap hari di sela waktu kosong mereka.
Awalnya sulit, karena siswa tidak terbiasa.
Satu bulan berlalu, ketika berkunjung ke kelas dan saya dapati ada beberapa peserta
didik yang sedang duduk manis di pojok baca kelas, sambil membaca buku. Hal pertama
yang saya rasakan adalah terharu, ternyata usaha saya tidak sia-sia. Benar kata
pepatah, hasil tidak mengkhianati usaha. Perlahan-lahan tapi pasti, jumlah peserta didik yang mau
membaca baik buku maupun membaca informasi di berbagai media lain pada waktu
senggangnya mulai bertambah dari hari ke hari.
Para peserta didik tersebut, saya dorong
untuk memotivasi teman-teman mereka yang lain untuk terus membaca, karena
dengan membaca mereka akan tahu tentang berbagai informasi dan dapat menambah
wawasan mereka. Kebiasaan membaca di pojok baca, dapat berlanjut ke media-media
lain yang menyuguhkan banyak topik menarik.
Melalui pengalaman membaca, membuat mereka
mampu bersaing dalam berbagai kegiatan seperti pemilihan badan pengurus OSIS.
Di OSIS, mereka diminta untuk memaparkan visi dan misi sebagai calon pengurus
OSIS. Secara tidak langsung, mereka
digembleng agar mampu berbicara menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah tata
bahasa yang baik dan benar. Hal ini membuktikan bahwa, dengan membaca mereka
dapat menerapkannya kebidang yang lain. Membudayakan literasi, membuka
cakrawala berpikir peserta didik untuk tahu tentang perkembangan zaman.
Di
era yang serba instan ini, kita dituntut untuk terus berliterasi, agar tidak
ketinggalan informasi yang berguna untuk mengembangkan diri di bidang yang kita
geluti, maupun di bidang lain yang bermanfaat.
Akan
tetapi, informasi -informasi yang beredar pun perlu dicermati dan dipilah
sesuai kebutuhan. Informasi di berbagai media
online jika tidak disaring, akan menggiring pembacanya pada
opini-opini yang merusak moral pembaca. Pembaca yang bijak akan menggunakan
filter yang tepat untuk menyelamatkannya dari hal-hal yang dapat merugikan
dirinya.
Orang yang terbiasa berliterasi, akan bersikap bijak untuk mencerna informasi yang dibaca. Sikap ini penting, agar informasi dan pengetahuan yang diperoleh benar-benar bermanfaat untuk diri dan kehidupan.
Posting Komentar