Layout Kampung Creative. Foto : Fanpage FB KC.

Semua berawal pada 15 April 2020 di Witihama, saat di mana ide itu lahir. Dari diskusi lima anak muda, berkembang satu ide gila, membuka sebuah pusat kuliner sekaligus pusat hiburan di kecamatan Witihama-Pulau Adonara, Floreses Timur

Untuk kelas kecamatan, rencana itu agak aneh. Bukan apa-apa, pusat kuliner dan panggung hiburan, inikan tipikalnya masyarakat urban. Kaum kotalah. Jadi, secara konsep, ide itu mengandung pesimisme. Lalu mundur? Ternyata tidak. 

Ide itu terus di matangkan. Butuh waktu lebih dari enam bulan untuk mengeksekusinya. Inisiatornya adalah dua anak muda, Yos dan Bob. Yos, S1 farmasi, dan Bob lulusan sarjana pendidikan. Keduanya dibantu tiga orang adviser, Albert, Syam, Ibrahim serta 13 orang staf. Inilah team management, yang bekerja mengeksekusi ide mereka. 

Tujuan mereka sederhana, bagaimana memberdayakan minat anak muda Witihama di bidang seni dan musik, serta menumbuhkan iklim usaha kuliner bagi para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM)  di Witihama. Ini mulia, karena rohnya adalah pemberdayaan kaum muda dan pelaku usaha kecil. 

Project itu mereka sebut Kampung Creative (KC). Konsep jangka panjang team manajemen, KC menjadi semacam pusat hiburan terpadu. Di sana ada food court-lapak-lapak jualan kuliner, panggung hiburan untuk pentas musik, lopo dan tempat duduk untuk para pengunjung serta perpustakaan. KC juga didesain sebagai tempat menggelar acara baik formal maupun informal. Sederhananya, KC berperan sebagai vendor, penyedia tempat usaha dan hiburan. 

Pekerjaan terbesar adalah bagaimana mendapatkan lahan dengan ukuran memadai. Ini bukan perkara mudah. Team ini beruntung mendapatkan satu lahan milik warga. Lahan ini sebelumnya dipakai pemerintah Desa Pledo sebagai lokasi pasar senja, dengan sistem bagi hasil bersama pemilik lahan. Manajemen KC kemudian mengontrak lahan itu selama 5 tahun. 

Setelah memiliki lahan, saatnya menerjemahkan konsep ke dalam situasi nyata. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan, pada tanggal 7 November 2020, KC mulai pra opening, sambil menunggu moment grand opening. 

Suasana malam di KC. Foto: fanpage FB KC

Tata letak KC dengan kontur lahan persegi panjang memang artistik. Lapak jualan kuliner ditata berbentuk leter U, mengelilingi titik pusat pengunjung. Ada barisan lopo di sekelilingnya. Tiga deret tempat duduk memanjang, seperti membelah areal tengah KC. Di salah satu sisi lebar areal KC, terdapat panggung kreasi seni. 

Visualisasi  lampu hias warna-warni dipasang membentuk pola bintang, dari beberapa sisi KC dan menyatu di tengah konsentrasi titik kumpul pengunjung, membuat KC tampak sangat gemerlap. View malam hari sangat instagramable bagi para pengunjung milenial.

Sejak saat itu, KC menjadi ikon baru pusat hiburan masyarakat. Pengunjung tidak hanya warga kecamatan Witihama, tetapi juga dari kecamatan lain seperti Kelubagolit. 

Selama 7 pekan sejak dibuka, puncak kunjungan biasanya pada malam minggu dengan rata-rata pengunjung bisa mencapai 700-an orang. Selain malam minggu, trafik kunjungan belum signifikan, 30-50-an orang. Ini bisa dimaklumi mengingat KC baru beroperasi dua bulan di tengah pandemi, dan di musim penghujan. 

Saat ini KC punya dua belas stand jualan yang terisi penuh oleh para pedagang kuliner. Menurut manajemen, omzet para pedagang kuliner berkisar Rp. 7-8 juta. Manajemen KC menerapkan sistem bagi hasil kepada mitra pelaku usaha kuliner. Pola ini dianggap meringankan para pedagang ketimbang sistem kontrak lapak. Inilah implementasi misi pemberdayaan KC. 

Yang unik, sebagian kuliner yang dijajakan adalah seafood lokal. Ikan bakar dan belawa contohnya. Belawa alias lawar adalah olahan ikan, kerang, gurita atau rumput laut dengan siraman cuka lokal, bawang merah garam, dan cabai. Ini 'sushi' versi Adonara. Racikan ini biasanya dimakan dengan ubi atau pisang rebus. Perpaduan belawa dan ubi rebus, disantap di tengah kehangatan malam yang riuh ramai, local taste yang banyak digemari orang Adonara.

Ramai pengunjung KC di malam minggu. Foto:fanpage FB KC
Income utama KC berasal dari retribusi masuk pengunjung dan parkir kendaraan. Setiap pengunjung yang masuk KC dikenakan retribusi Rp.2000/orang. Sedangkan tarif parkir  sepeda motor Rp.2000 dan mobil Rp.5000. Jika satu malam KC dapat  500 pengunjung, maka omzet per malam dari pengunjung sebesar Rp.1 juta. Secara bisnis, angka ini prospektif. 

Untuk mendukung operasional, manajemen mempekerjakan 6 orang staf, masing-masing seorang kasir, 2 orang helper, 2 tenaga security dan seorang cleaning service. Ini dampak turunan kehadiran KC, yakni terbukanya peluang kerja. Hal yang sebenarnya sulit di tengah badai pandemi Covid 19.

Ide hanya akan berguna jika bisa diimplementasikan. KC hadir di desa Pledo untuk 15 ribu warga kecamatan Witihama dan Adonara pada umumnya, itu seperti sebuah anomali. Gagasan membuka KC itu sesuatu yang tidak terpikirkan banyak orang. Kesulitan di masa pandemi, justru bisa memicu lahirnya pikiran kreatif. 

Menurut saya, KC hadir dari kekuatan imajinasi dan kolaborasi anak muda. Mereka memiliki kapasitas untuk berkreasi, menciptakan sesuatu yang belum ada, membuka kesempatan baru dan merintis lorong perubahan dalam komunitas mereka. Ini keren dan inspiratif, karena motor utamanya adalah ide segar anak muda

Baca juga : Laut Sebening Kaca dengan Lantai Pasir Putih, ini Keindahan Mekko, Nominasi API 2020 di Pulau Adonara


Post a Comment