Oleh Debora A.Y. Fallo, S.Pd.,Gr.
Lahir di Panite, 8 Agustus 1992. Alumni Prodi Matematika UNWIRA Kupang. Guru SMAN Tobu, Kab. TTS

Kurikulum Merdeka (Kurmer)  diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebududayaan, Riset dan Teknlogi (Kemendikbudristek) pada tahun 2020, yang awalnya diterapkan di 3.000 sekolah. Dengan berjalannya waktu hingga 2023, jumlah sekolah yang menggunakan Kurmer meningkat menjadi 300.000 sekolah atau 80 persen.  Menurut Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kurmer akan diterapkan secara nasional pada tahun 2024. Adap tiga opsi penerapan Kurmer di tingkat sekolah yakni  mandiri belajar, mandiri berubah dan mandiri berbagi. 


Karakteristik dari Kurikulum Merdeka meliputi  pembelajaran berbasis proyek, fokus pada materi esensial, dan fleksibilitas bagi guru.  Prinsip pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka mencakup  pembelajaran intrakurikuler yang dilakukan secara terdiferensiasi sesuai kebutuhan belajar murid. Kurmer bersifat fleksibel, yang memungkinkan peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Kurmer juga melibatkan murid dalam pembelajaran kokurikuler berupa Projek Penguatan Profil Penguatan Pelajar Pancasila (P5) untuk mengasah karakter dan keterampilan murid.


Dengan prinsip pembelajaran interdisipliner yang berorientasi pada pengembangan karakter dan kompetensi umum, pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan minat murid dan sumber daya satuan pendidik.  Fase perkembangan atau tingkat capaian perkembangan meliputi fase pondasi di jenjang PAUD, fase A untuk kelas 1 dan 2 SD, fase B untuk kelas 3 dan 4 SD , fase C untuk kelas 5, 6 SD, fase D untuk kelas 7-9 SMP, fase E untuk 10 SMA dan fase F untuk kelas XI, XII SMA.


Penerapan Kurikulum Merdeka dirancang untuk mengatasi  krisis belajar terutama pada masa pandemi. Hal ini ditandai dengan hasil asesmen nasional pada tahun 2020, yang menunjukkan rendahnya  kemampuan literasi dan numerasi peserta didik. Penerapan kurikulum merdeka dengan tujuan lebih sederhana, lebih merdeka, lebih relevan dan interaktif  yaitu proses belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, menyenangkan, memberikan ruang leluasa bagi guru, peserta didik maupun sekolah  dalam menentukan capaian yang akan dicapai.

Tantangan 

Memasuki tahun ke-4 penerapan Kurmer, setiap sekolah tentu menghadapi beragam tantangan, antara lain pertama, kesiapan guru dalam pelaksanaan kurikulum merdeka. Peran guru sebagai ujung tombak pelaksanaan kurikulum, perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Kurmer mengandalkan aspek teknologi dalam melatih guru-guru secara daring melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Pendekatan  ini berbeda dengan K13 yang melatih guru-guru melalui pelatihan tatap muka secara luring. Karenanya butuh keaktifan guru untuk mengikuti pelatihan secara mandiri di PMM.


 Kedua,  pola pelatihan secara daring memerlukan kemampuan guru dalam pemanfatan teknologi berbasis digital. Guru sebagai pelaksana kurikulum  harus fasih dalam menggunakan perangkat teknologi, akan tetapi di sisi lain belum semua sekolah memiliki jaringan internet.  Ketiga, berkaitan dengan pelaksanaan assemen pembelajaran, peran guru  lebih dominan pada asesmen akhir/sumatif.  Pada hal, asesmen formatif diagnostik merupakan tahapan kunci untuk merancang pembelajaran sesuai kebutuhan murid. Keempat, minimnya fasilitas  pembelajaran untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka. Tidak semua sekolah memiliki ruang belajar pemanen yang nyaman. Begitu juga dengan ketersediaan  sarana pendukung seperti perpustakaan dan bahan bacaan, laboratorium, perangkat komputer, LCD dan lainnya.


Untuk mengatasi ragam tantangan di atas, ada beberapa kiat yang perlu dilakukan guru, yaitu  pertama  dalam meningkatkan pemahaman tentang Kurmer, guru harus proaktif mengikuti pelatihan mandiri pada topik yang relevan dengan Kurmer di PMM, atau kegiatan webinar berbagi praktik baik pembelajaran yang dilaksanakan komunitas belajar.  Kedua, di level sekolah, perlu dilakukan penyegaran secara luring melalui kegiatan In House Training atau workshop dengan menghadirkan narsumber yang kompeten dengan cakupan materi yang lebih komprehensif tentang Kurmer. Ketiga, sekolah juga perlu menyiapkan sarana  prasarana pembelajaran untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka. Dengan demikian, sebagai pendidik kita berharap agar penerapan kurikulum merdeka dapat memberikan dampak positif bagi peserta didik dan semua pihak dalam ekosistem sekolah.

 


Post a Comment