Oleh Joice H. Nubatonis, S.Pd. Guru Biologi SMAN Kualin Alumnus Undana Kupang |
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pembelajaran didefinisikan sebagai proses, cara, perbuatan mempelajari. Proses pembelajaran berlangsung dengan adanya interaksi antara guru dan siswa, dan mencakup komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran.
Tujuan yang diharapkan dari proses pembelajaran adalah adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap peserta didik.
Untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas, tentunya harus didukung oleh proses belajar yang baik. Pada konteks ini, guru memainkan peran kunci. Guru berperan, untuk terus mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Guru perlu peka pada masalah pembelajaran yang dihadapi peserta didik, agar dapat menemukan solusi yang tepat. Hal ini berlaku bagi semua mata pelajaran termasuk biologi.
Biologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup dan interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran biologi yang baik melibatkan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap ilmiah peserta didik. Guru perlu merancang lingkungan belajar yang mendukung proses tersebut.
Namun demikian, terdapat pemahaman yang keliru mengenai pembelajaran biologi. Ada asumsi yang beranggapan bahwa belajar biologi penuh dengan hafalan, materi yang padat, dan banyak istilah dalam bahasa latin. Asumsi ini berdampak pada rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa. Ini menjadi tugas besar untuk guru, bagaimana menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima oleh siswa.
Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) menjadi salah satu solusi bagi guru dalam menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan. Menurut Slavin (2010), model pembelajaran TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap penyajian kelas (class presentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).
Manfaat pembelajaran kooperatif TGT antara lain, sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat membantu guru untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar, aktivitas dan hasil belajar. TGT juga melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, dan mengandung unsur bantuan (reinforcement).
Penerapan model pembelajaran TGT, terdiri atas beberapa tahapan yaitu pertama, guru menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang. Pengelompokan siswa mempertimbangkan kemampuan, dan jenis kelamin.
Kedua, guru menjelaskan garis besar materi dan membagikan LKPD. Ketiga siswa bekerja dalam tiap tim mereka, untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran.
Ketiga, diadakan turnamen, di mana setiap kelompok berdiri membentuk barisan.
Keempat, setiap anggota kelompok wajib menjawab pertanyaan pada kartu soal yang telah ditempelkan pada papan tulis, dengan syarat anggota yang memiliki giliran menjawab tidak boleh bertanya ke anggota kelompok lain. Jika siswa tersebut tidak bisa menjawab, anggota kelompok lain bisa menggantikannya, tetapi harus menjawab nomor soal yang sama. Dalam menjawab soal, siswa dibatasi oleh durasi waktu.
Kelima, siswa dalam masing-masing kelompoknya, memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi timnya. Tahap terakhir adalah memberikan perhargaan kelompok.
Menurut saya, penerapan model pembelajaran kolaboratif metode TGT lebih efektif, jika dibandingkan dengan metode ceramah. Minat belajar meningkat, yang diindikasikan dengan adanya kerjasama dan keterlibatan antar peserta didik dalam kelompok. Siswa juga melakukan permainan akademik dengan antusias, sehingga aktivitas pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Kerjasama yang dilakukan siswa dalam kelompok menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Posting Komentar