Suasana di salah satu ruang konferensi cabang tingkat kecamatan . Foto:FB Maksi Masan Kian

Sebagai organisasi profesi guru tertua di Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) merupakan payung besar, wadah bernaung para pendidik se-Nusantara.

 Peran strategis PGRI dalam kontribusi membangun bangsa di bidang pendidikan tak perlu diragukan. PGRI telah mewarnai ikhtiar panjang pembangunan sektor pendidikan, dimulai persis seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan negeri ini.   

Jalan panjang PGRI yang diawali sejak 25 November 1945, berpijak pada tiga tujuan luhur, yaitu Mempertahankan dan Menyempurnakan Republik Indonesia, Mempertinggi Tingkat Pendidikan dan Pengajaran Sesuai Dasar-Dasar Kerakyatan dan Membela Hak-Hak dan Nasib Buruh pada Umumnya serta Guru pada Khususnya. Dengan tiga misi tersebut, panji PGRI kini berkibar tidak hanya di kota besar, tetapi menyusup jauh ke pelosok-pelosok Nusantara, tempat di mana para pendekar kelas mengabdi.  

Seiring perkembangan jaman, PGRI secara organisasi juga berkembang dinamis di berbagai tempat. Dinamika dan eksistensi PGRI secara kelembagaan turut dipengaruhi oleh komitmen jajaran struktur pengurus. Di pundak pengurus yang punya komitmen teguh, roda organisasi akan berjalan lancar, begitupun sebaliknya. Faktor semacam inilah yang memicu situasi mati suri wadah PGRI, di banyak daerah dan hirarki organisasi.  

Di Nusa Tenggara Timur (NTT), harus diakui eksistensi PGRI di sejumlah kabupaten tidak benar-benar ‘hidup’. Akan tetapi, sejak awal 2021 ada sesuatu berbeda datang dari pengurus PGRI Cabang Flores Timur. Pasca melaksanakan konferensi luar biasa pada Desember 2020, struktur baru dan energi segar di bawah kendali ketua terpilih Maksimus Masan Kian bekerja all out. 

Intensitas yang ditunjukan Maksi dan team pengurusnya memang memukau sejauh ini.  Langkah pertama membangunkan organisasi dari tidur panjang adalah konsolidasi. Sekali lagi konsolidasi. Struktur cabang di level kabupaten  membawahi cabang-cabang tingkat kecamatan dan ranting. Semua organ ini selama ini pasif, pada hal merekalah penopang utama organisasi. Karenanya, sel-sel ini harus dihidupkan. Cara yang dipilih adalah melakukan sensus potensi anggota.     Terobosan ini sangat terukur, untuk menghitung kekuatan, berapa banyak potensi anggota yang bisa diakomodir. 

Sembari sensus berjalan, pengurus bekerja menyiapkan piranti organisasi di tingkat cabang kecamatan dan ranting melalui kegiatan konferensi. Upaya menyiapkan struktur hirarki di tingkat kecamatan penting dilakukan, untuk menjembatani rantai organisasi di bawahnya yakni ranting. Pada dua hirarki itulah, urusan organisasi banyak bersentuhan dengan basis anggota. Di situlah roh organisasi hidup, melayani kebutuhan anggota, mendengar keluh kesah mereka untuk selanjutnya menjadi bahan advokasi. Dengan begitu, terbentuklah system yang bekerja menghidupkan organisasi. Sampai dengan 29 Maret 2021, PGRI Cabang Flotim sukses melaksanakan setidaknya 14  konferensi cabang kecamatan plus pengurus baru yang siap bekerja, termasuk pengurus beberapa ranting yang telah terbentuk. 

Selain membangun infrastruktur organisasi, Maksi dan rekan-rekannya rutin memenuhi kebutuhan kapasitasi anggota. Tak terhitung jumlahnya, selama periode Januari-Maret 2021, banyak  kegiatan pengembangan kompetensi profesi terutama secara daring yang telah difasilitasi. Salah satu kegiatan yang sangat menarik adalah webinar bimbingan virtual persiapan seleksi PPPK dengan nara sumber berkompeten. Momentum ini tentu saja bermanfaat bagi guru-guru honorer. Layanan seperti ini merupakan cara sederhana, merekatkan ikatan emosional anggota dengan organisasi. Anggota yang menerima benefit dari organisasi akan tumbuh rasa memiliki. Inilah modal utama menggerakan organisasi secara efektif, dimana antara anggota dan wadahnya terbentuk relasi yang mutual.

Cara PGRI Cabang Flotim bekerja menjalankan mesin organisasi yang telah lama ‘mogok’ memang progresif. Ini adalah semangat revitalisasi PGRI yang patut dicontoh oleh pengurus di daerah lain. Menurut saya, kerja PGRI Flotim sejauh ini telah berdampak positif pada citra PGRI, bahkan secara nasional.   Rebranding PGRI secara organisasi berjalan mulus di ujung Timur Flores.  

 

Post a Comment