Foto : Istimewa

Dunia pendidikan berkembang sangat dinamis. Metode dan pendekatan pembelajaran  yang diterapkan guru di sekolah, sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid dan perkembangan zaman. 

Setiap murid di kelas memiliki kesiapan, minat dan gaya belajar yang berbeda. Ada murid yang suka belajar dengan mendengar penjelasan guru (auditori), murid lain nyaman dengan mendengar dan melihat (audio visual), sebagian murid mungkin lebih senang belajar sambil bergerak (kinestetik).

Ragam karakteristik murid-murid tersebut,  harus direspon guru dengan intervensi layanan pembelajaran yang variatif pula. Pola pendekatan ceramah dan penggunaan buku teks pelajaran sebagai sumber tunggal selama proses pembelajaran tak lagi sesuai. 

Guru harus mengkreasikan rencana pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan belajar murid yang beragam, bukan berdasarkan gaya mengajar guru yang monoton. Mengeksplorasi ragam media dan sumber belajar seperti audio,  video, foto, naskah, media sosial, portal online, surat kabar dan sebagainya adalah salah satu contohnyanya. Pendekatan pembelajaran seperti ini dalam ilmu pedagogi dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi (PB).

Menurut Tomlinson dalam bukunya How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom (2001:45) seperti dikutip dari modul belajar Program Pendidikan Guru Penggerak,  pembelajaran berdiferensiasi adalah upaya yang ditempuh guru dengan menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. 

Tetapi bukan berarti, metode ini membuat guru mengajar dengan 30 -36 cara berbeda sesuai jumlah murid dalam kelas. Implementasi PB, juga bukan berarti guru harus mengelompokkan murid yang pintar dan yang kurang di kelompok lain. 

PB bukan sebuah proses pembelajaran yang tak tertata (chaotic), yang mana guru harus membuat beberapa perencanaan sekaligus, berlari ke sana kemari untuk membantu siswa A, B, C dalam waktu bersamaan untuk memecahkan semua permasalahan.

Pembelajaran Berdiferensiasi dalam penerapannya, merupakan serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru dan berorientasi kepada kebutuhan murid. 

Keputusan-keputusan tersebut berkaitan dengan lima aspek utama, yakni pertama, kurikulum dengan tujuan pembelajaran yang jelas. Kedua, bagaimana guru merespon kebutuhan belajar murid. Ketiga, lingkungan belajar yang memacu murid untuk belajar dan berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keempat, manajemen kelas yang efektif dengan prosedur, metode dan aktifitas yang fleksibel. Kelima, penilaian berkelanjutan, misalnya mengevaluasi proses pembelajaran melalui tes formatif.

Praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas dilakukan dalam tiga strategi yang meliputi, pertama diferensiasi konten atau materi pembelajaran. Melalui pola ini, guru memvariasikan konten belajar sesuai minat dan kesiapan belajar murid. Misalnya, guru menyajikan materi melalui tayangan video, foto, audio atau slide presentasi, buku teks dan sebagainya. 

Kedua, diferensiasi proses pembelajaran. Melalui aktifitas yang beragam, murid akan lebih memaknai pengetahuan yang dipelajari. Diferensiasi proses sifatnya lebih fleksibel. Murid bisa bekerja dalam kelompok maupun individu, termasuk keputusan guru tentang kelompok murid mana yang perlu dibantu, dan mana yang cukup didampingi.  Guru bisa menerapkan metode diskusi kelompok, curah pendapat, presentasi, project dan problem based learning diselingi ice breaking atau game selama pembelajaran berlangsung. 

 Ketiga, diferensiasi produk atau hasil pembelajaran. Produk pembelajaran murid haruslah tangible, misalnya video,pidato, foto, karangan, laporan, tulisan, hasil wawancara, pertunjukan, presentasi, rekaman, diagram, lukisan dan lainnya. Murid memiliki opsi untuk memilih, produk apa yang ingin mereka kumpulkan. Sebagai contoh, materi menulis teks berita pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, murid bebas memilih untuk mengemasnya dalam format berita tulis di surat kabar, atau bahkan jika mereka ingin merekamnya dalam video visual layaknya berita televisi, atau radio. Jadi secara kemasan berbeda, tetapi substansinya sama yakni teks berita. 

Strategi diferensiasi di atas dalam pelaksanaannya bersandar pada tiga aspek penting, yaitu kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid. Guru harus memetakan ketiga unsur ini , melalui tes diagnostic, wawancara, kuesioner, angket atau hasil belajar sebelumnya, untuk dapat memutuskan strategi diferensiasi pembelajaran yang relevan.   

PB, kurikulum merdeka dan zona nyaman guru 

Secara filofosis,  implementasi pembelajaran berdiferensiasi merupakan perwujudan semangat merdeka belajar, di mana murid-murid belajar sesuai kebutuhan mereka, didukung proses yang menyenangkan dan lingkungan belajar yang nyaman. 

Pembelajaran berdiferensiasi juga  memiliki irisan yang kuat dengan salah satu karakteristik kurikulum merdeka, yaitu pembelajaran yang berbasis kompetensi, bukan konten. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi, murid belajar materi pelajaran esensial sesuai kebutuhan mereka, didukung pendekatan belajar berbasis proyek dan masalah, diskusi, kerja kelompok, presentasi dan sebagainya.

Dengan begitu, relasi guru dan murid terjalin tidak hanya sebatas  transfer ilmu, tetapi keduanya terlibat dalam proses yang intens, saling memberdayakan dan penuh apresiasi.  

Selain itu, dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru tidak lagi  terbebani dengan  cakupan materi yang padat,  yang menyebabkan murid belajar materi yang luas, tetapi hanya sedikit yang dipahami. 

Menggunakan pendekatan PB adalah momentum bagi guru, untuk keluar dari zona nyaman mengajar dengan pola yang monoton dan membosankan. PB membuka ruang besar bagi guru, untuk merancang kreatifitas dan inovasi pembelajaran.  PB juga memungkinkan guru memiliki chemistry yang kuat dengan murid, melalui pengalaman-pengalaman pembelajaran yang kreatif. 

Sebagai guru, kita memiliki bahan refleksi empirik, melalui pengalaman menjadi murid di masa lalu. Kita telah melewati ragam proses pembelajaran di berbagai jenjang pendidikan, ada yang membosankan, ada pula yang menyenangkan. Bila dulu kita sering mendengar dan menyimak guru kita bicara menjelaskan pelajaran sejak awal hingga akhir pelajaran, apakah kita juga ingin melakukan hal yang sama untuk murid-murid kita saat ini?

 M.N. Aba Nuen

(Penulis Buku “Pendidikan di Mata Guru Pelosok, Guru SMAN Kualin, Kab. TTS

Post a Comment