Foto: Istimewa

Program Pendidikan Guru Penggerak  (PPGP) merupakan program unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk mencetak para pemimpin pembelajaran yang berpusat  pada murid dan penggerak ekosistem pendidikan. Sistem penyanggah untuk mendukung paradigma pembelajaran yang berpusat pada murid adalah implementasi kurikulum merdeka. 


Guru penggerak juga berperan dalam mengembangkan program kepemimpinan murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Sasaran lain adalah menggerakkan komunitas praktisi, rekan sejawat guru, untuk menciptakan kondisi well being di ekosistem pendidikan. 


Pada awal peluncuran, PPGP diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK). Di Kemendikbud, terdapat  sejumlah P4TK yang membawahi beberapa rumpun pelajaran. Namun, seiring adanya perubahan stuktur dan tata organisasi di Kemendikbud, yang mana P4TK dileburkan menjadi Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) yang membawahi beberapa provinsi, dan Balai Guru Penggerak (BGP) yang berbasis di semua provinsi. 


Per 1 Juli 2022, pelaksnaan PPGP akan berada di bawah wewenang BGP provinsi. Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, BBGP dan BGP akan bermitra dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat  untuk memastikan kegiatan PPGP berjalan dengan baik. 


Sebagai mitra di daerah, Dinas Pendidikan adalah organisasi perangkat daerah yang berperan penting dalam mendukung kebijakan strategis Kemendikbud seperti PPGP. Di daerah, Dinas Pendidikanlah yang paling paham tentang data mutu pendidikan, ketersediaan guru, pengawas sekolah, sarana belajar, maupun ragam tantangan dan apa bentuk intervensi kebijakan yang sesuai. 

Persepsi ini kemudian bisa mendorong otoritas dinas, untuk menjadikan para lulusan PPGP sebagai salah satu jejaring yang akan berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan di daerah. 

 

Menurut saya, peran ini sedang dijalankan dengan sangat baik oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).  Sebagai seorang CGP, saya menyaksikan sendiri respon konstruktif Kepala Dinas PK TTS, Dominggus J.O Banunaek, SE, M.Si dan jajarannya selama 7 bulan pelaksanaan PPGP.


Dalam enam kesempatan lokakarya CGP angkatan 4 di Soe, secara bergantian Kadis dan Sekertaris Dinas PK hadir menyaksikan dinamika lokakarya dan berdiskusi langsung dengan para CGP. Para CGP menurut persepsi Dinas, merupakan aset SDM daerah  yang harus dioptimalkan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di TTS.  


Tidak tanggung-tanggung, persepsi tersebut dibuktikan ketika Dinas melibatkan para CGP dalam rapat koordinasi para stakeholder pendidikan dengan agenda peningkatan mutu pendidikan di TTS pada awal Juni lalu. 


Rapat tersebut melibatkan para pejabat Dinas, pengawas sekolah, ketua MKKS dan kalangan pemerhati pendidikan. CGP diberikan sesi khusus untuk memaparkan perjalanan diklat, praktik baik yang telah diterapkan di sekolah, dan rencana tindak lanjut pasca diklat.


Atmosfir yang saya rasakan dalam pertemuan itu adalah adanya gelombang dukungan yang kuat untuk CGP, dari para pejabat Dinas PK TTS, para pengawas SD, SMP serta ketua K3S SD dan MKKS SMP. 


Rapat itu melahirkan beberapa keputusan penting, antara lain yang paling menarik adalah pelibatan para guru penggerak angkatan 4 kabupaten TTS sebagai nara sumber, dalam program peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah di TTS. 


Bahkan, sejumlah pengawas jenjang SD langsung menawarkan program kerja sama kepada perwakilan CGP, untuk membantu memfasilitasi kegiatan pelatihan implementasi kurikulum merdeka pada tahun pelajaran 2022-2023 di sekolah-sekolah dampingan. 


Inilah gambaran, bagaimana posisi strategis lulusan PPGP dalam perspektif para jejaring terkait, untuk terlibat dalam kerja kolaborasi, mengakselerasi pemerataan kualitas pendidikan.


Khusus kabupaten TTS, kerja kolaborasi antar jejaring pendidikan memang menjadi sebuah keharusan, kalau kita merujuk beberapa data penting di sektor pendidikan. Contoh, jumlah guru di TTS sesuai data pokok pendidikan Kemendikbud semester genap tahun pelajaran 2021-2022 mencapai 9.513 orang, yang tersebar di 1.558 sekolah jenjang pendidikan formal dan non formal. 


Dari angka ini, jumlah guru yang lolos seleksi guru penggerak angkatan 4 sebagai angkatan perintis di TTS berjumlah 24 orang, atau hanya 0,25 persen. Selain itu, jumlah pengawas SD saat ini berjumlah 9 orang dengan jumlah SD mencapai 500an, pengawas SMP sebanyak 4 orang dan pengawas jenjang SMA/SMK  berjumlah dua orang dengan jumlah sekolah lebih dari 50. 


Data-data ini menggambarkan ketimpangan rasio antar total jumlah guru di TTS dan jumlah guru yang ingin mengembangkan kompetensi diri, misalnya melalui PPGP, juga ketimpangan antara jumlah pengawas sekolah dan jumlah sekolah yang harus didampingi. 


Karenanya  saya meyakini, PPGP angkatan 4 kabupaten TTS telah menjadi jembatan titian, sekaligus momentum penyatuan semua potensi, kekuatan, jejaring sector pendidikan di TTS, untuk berkolaborasi memperbaiki statistik mutu pendidikan.


Guru-guru lulusan PPGP nanti, merupakan salah satu kekuatan dalam jejaring itu, untuk mewujudkan akselerasi transformasi pendidikan TTS ke arah yang lebih baik. Apresiasi harus diberikan kepada jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kabupaten TTS, yang berani melibatkan para calon guru penggerak sebagai salah satu unsur penentu arah kebijakan pendidikan di bumi cendana.   


Post a Comment