Sekretaris Daerah Kab. TTS, Seperius E. Sipa membuka acara Festival Panen Hasil Belajar Calon Guru Penggerak Angkatan 4 |
Belasan kamar hotel pada Jumat, hingga Senin 17 Oktober diisi oleh puluhan tamu agung. Mereka sebagian besarnya, adalah guru-guru di pelosok Timor Tengah Selatan yang akan menggelar eksibisi pendidikan terbesar di TTS.
Tiga puluh guru, tamu hotel selama tiga hari itu, merupakan guru di sejumlah TK, SD, SMP dan SMA/SMK di TTS, yang sedang terlibat dalam Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) angkatan 4. PPGP adalah program unggulan Kemedikbudristek untuk mencetak guru-guru pemimpin pembelajaran yang berpusat pada murid, mampu menggerakkan rekan sejawat dan membuat perubahan di ekosistem pendidikan. Dari 30 orang, 24 orang adalah calon guru penggerak (CGP), dan enam lainnya merupakan pengajar praktik PPGP. Angkatan 4 merupakan gelombang CGP angkatan perintis di kabupaten TTS.
Diklat CGP angkatan 4 telah dimulai pada 11 Oktober 2021 dalam Lokakarya 0. Ada sepuluh seri lokakarya yang wajib dituntaskan para CGP. Pada 15-16 Oktober 2022, Balai Guru Penggerak (BGP) NTT sebagai panitia pelaksana menjadwalkan satu paket kegiatan bertajuk lokakarya 7 dan festival panen hasil belajar CGP.
Kadis Pendidikan & Kebudayaan Kab.TTS saat menutup festival panen hasil belajar calon guru penggerak angkatan 4 TTS. |
Lokakarya 7 pada hari Sabtu, menjadi awal kesibukan para CGP. Pada sesi ini, CGP mengevaluasi beberapa program yang telah diterapkan di sekolah terkait perencanaan, penerapan dan tantangannya yang disertasi display foto-foto implementasi program. Di sesi ini, para CGP juga merilis ide-ide dan inovasi program yang akan dilakukan di sekolah pasca mengikuti PPGP. Sesi ini menampilkan sisi kreatifitas dan imajinasi para CGP dalam merancang program atau praktik baik yang lebih terukur. Lokakarya 7 rampung pada pukul 14.00, lebih cepat dari biasanya.
Selesai loka 7, kesibukan baru menanti para CGP. Sabtu 15 Oktober pukul 15.00, ruang aula di sisi Selatan hotel Bahagia Dua mulai diseting. Di sinilah, puncak acara lokakarya 7 berlangsung dalam format pameran. Dua puluh empat CGP terbagi dalam enam kelompok. Artinya, ada enam stand pameran yang berdiri dalam ruang berukuran hampir 300 meter persegi. Setiap stand diisi oleh 4 orang CGP yang memamerkan prakarsa perubahan, produk pembelajaran, deskripsi dan dokumentasi praktik baik, inovasi program dan ragam karya lain.
Pukul 17.00, suasana ruang mulai berubah, dipenuhi ragam properti pameran. Sisi kiri kanan ruang aula ditempati masing-masing 3 stand. Pintu masuk arena pameran terletak pada salah satu sisi Timur aula utama hotel yang dipartisi dengan gorden besar membelah kedua ruang. Grace, Yulni, Yelda dan Hezron, para personil guru SD dan SMP di stand pertama yang letaknya persis di pintu masuk arena pameran. Ciri khas stand ini adalah kreasi ragam produk media belajar yang kontekstual. Ada miniatur gunung api, maket sekolah dan kreasi unsur Kimia dalam bentuk lagu.
CGP angkatan 4 TTS |
Berjejer di sisi kiri pintu masuk, stand kedua milik Ina, Hesti, Yeni dan Jero. Kombinasi guru SMA dan SMK membuat stand ini penuh dengan produk-produk kewirauhasaan murid. Ada olahan kuliner seperti kripik ubi dan pisang serta hasil keterampilan menjahit. Sekilas, gerai ini mirip para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah, sangat menarik.
Gerai terakhir paling ujung, di sisi kiri ruang diarsiteki oleh Bernard, Dedy, Cristin dan Fransisca, keempatnya guru SD yang kreatif. Persis di depan stand mereka, berjejer polybek berisi tanaman segar bawang bombai hasil kreasi mereka di sekolah. Masuk ke dalam areal stand, bergantungan bola-bola lampion merah untuk mempermanis ragam produk pembelajaran yang terpajang di meja display.
Di sisi kanan, berdiri satu stand yang unik bertema etnik. Di situ, ada Yusti, Aloiz, Eric dan Martin. Mereka menggunakan tirai dari lidi pohon Nira hasil kreasi murid, sebagai media display beragam hasil karya pembelajaran. Di atas meja display depan, terpajang buku-buku karya salah satu dari mereka, ada penampi beras dari daun lontar dan kerajinan dari batok kelapa. Di kepala empat guru ini, bertengger topi cowboy dari anyaman daun kelapa. Stand ini banyak menarik minat pengunjung sebagai photo booth.
Salah satu gerai pameran CGP angkatan 4 TTS |
Masih di sisi kanan arena pameran, stand berikut ditempati empat guru kota. Ferdi, Yos dan Novi dari SMPN 3 Soe, dan Indri dari TK Sinar Pancasila. Gerai ini juga memiliki ciri khas pada penggunaan media daun lontar sebagai properti utama, yang dipadu dengan pemanfaatan bilah-bilah kayu yang divernis sebagai media pembuatan lopo edukasi. Di sisi lainnya, berejejer ragam alat pemainan edukatif anak-anak TK, dan ini menarik minta banyak pengunjung.
Stand terakhir di sisi kanan terletak di sebelah kanan pintu masuk arena festival. Ukurannya sedikit lebih luas dari lima gerai lain, di sini ada Hayati, Yongki, Fitron dan Mad. Satu guru SMP dan tiga orang dari SMA. Memasuki areal stand, pengunjung disambut baner program para CGPnya, dan tulisan CGP TTS persis di atas gerbang masuk stand. Di dalam gerai, dokumentasi program unggulan literasi dan jurnalistik tertata rapi di atas media sterofoam, plus buku-buku karya beberapa CGP di sini. Visual gerai semakin semarak dengan untaian lampu hias di sela-sela pajangan produk dan tayangan video pembelajaran dari Televisi yang diletakan dipintu masuk gerai.
Sabtu tengah malam, umumnya semua gerai pameran sudah ready, dipenuhi produk pembelajaran para CGP. Semua CGP dan para PP memang didera keletihan, tapi menyaksikan visual arena festival pada malam itu, rasa cape itu serta merta lenyap berganti kepuasan.
SekdaTTS sedang meninjau arena pameran |
Minggu pagi, 16 Oktober 2022. Sampai dengan pukul 07.00, banyak CGP masih lelap dalam keletihan di kamar-kamar hotel. Festival panen hasil belajar CGP dijadwalakn dibuka dengan resmi oleh Bupati TTS, yang diwakili Sekretaris Daerah pada pukul 10.00 WITA. Para CGP baru tampak di gerai masing-masing pada pukul 09.00, untuk memastikan kondisi produk dan membenahi beberapa tata letak gerai.
Tensi kesibukan mulai meningkat, saat sekda dan beberapa pejabat OPD TTS tiba di hotel pada sekitar pukul 09.45. Para CGP umumnya baru mulai bersiap diri di kamar hotel. Lalu lintas komunikasi via WAG meningkat, terutama instruksi para PP kepada CGP untuk segera menuju ke aula utama festival.
Pukul 10.00 para tamu undangan padat memenuhi ruang festival. Para CGP bersiap di luar ruang untuk melakukan seremoni penyambutan sekda dan rombongan. Anak-anak SDN Oenali, penari Maekat stand bye di depan hotel. Para CGP siap dengan lantunan Natoni dan pengalungan selendang di ring kedua. Ring ketiga diisi murid-murid SMPN Lotas dengan tarian Likurai, untuk mengiringi tamu sejak pintu masuk hingga ke dalam ruang festival.
Langit kota Soe sangat cerah saat itu. Para PP dan CGP tampil ceria dalam balutan sarung tenun daerah masing-masing. Aura semarak dan gemerlap festival mulai terasa. Prosesi sejak seremonial pembukaan hingga penutupan di malam harinya, didukung dengan live streaming dari operator professional. “Ini kegiatan besar dan berwibawa”, saya mendengar sendiri ucapan ini dari seorang tamu yang duduk semeja.
Sekdis Pendidikan & Kebudayaan TTS di salah satu stand pameran |
Selain rombongan sekda, para tamu lainnya merupakan para pengawas, kepala sekolah, guru, mitra swasta, LSM, para PP dan CGP angkatan 7 TTS. Seremoni pembukaan diselingi penampilan apik peserta didik. Aurel Selan yang memukau dengan cerita rakyat, Sonya Bansae yang menghipnotis tamu dengan tingginya lengkingan suaranya, serta suara merdu Cristin Tahun, ibu guru yang berkolaborasi dengan muridnya. Guru dan murid bergerak bersama, berkolaborasi, itu pesan moralnya.
Saat berbicara membuka festival, Sekda TTS, Seperius E. Sipa bercerita, bahwa pameran pendidikan ini mengingatkannya pada pengalamannya menjadi staf pada Balai Pengembangan Belajar dan Keterampilan di Kupang ketika pertama kali merintis karir sebagai ASN. Di kantor itu, ia melakukan ragam inovasi dan menulis buku pembelajaran. Aktivitas itu menuntut kerja kognisi yang selalu produktif dalam menghasilkan karya dan inovasi. Dan karenanya, ia merindukan dan mendukung event-event seperti ini di TTS, apa lagi digagas guru-guru.
Dukungan itu dibuktikan sekda saat berkunjung langsung ke gerai-gerai pameran. Di sana, ia beraudiens dengan para CGP, dengan hangat dan akrab. Inilah yang disebut dengan antusiasiasme. Sebagai guru pelosok, mendapatkan antusiasme atas karya dan inovasi pembelajaran dari seorang pimpinan sekelas sekda, itu bagus sebagai motivasi.
Lebih dalam bicara tentang antusiasme dalam kegiatan festival panen hasil belajar PPGP di TTS, maka apresiasi tinggi wajib diberikan kepada Kepala dan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan TTS. Dua sosok ini berada di balik gemilangnya kegiatan festival ini. Saya melihat dan mengalami sendiri, betapa kedua pejabat ini tak henti memberi support.
Penari Likurai cilik dari SMPN Lotas |
Pak Kadis, Dominggus Banunaek merupakan figur yang humble, menaruh fokus besar pada pengembangan pendidikan. Dia tak sungkan mengunjungi para CGP dalam lokakarya, berdiskusi, menerima konsultasi para PP dan CGP, melibatkan mereka dalam rakor dengan stakeholder terkait, bahkan membantu fund rising untuk kelancaran pameran. Singkatnya, Pak Kadis, menurut saya sangat welcome pada para PP dan CGP.
Sosok Kadis yang responsive pada perubahan dunia pendidikan, didukung oleh seorang figur sekretaris dinas yang fasih menerjemahkan kebijakan. Pak sekdis, Jamori Liunokas, malah terlalu akrab dengan PP dan CGP. Ia selalu mendampingi PP dan CGP dalam banyak kesempatan diskusi. Pak sekdis benar-benar berjuang langsung di lapangan, bersama PP dan CGP. Sepanjang pagelaran festival, Ia stand bye, bahkan ketika para tamu undangan telah pulang, beliau tetap tak beranjak hingga malam hari. Ia bahkan mengundang pejabat dari Inspektorat Jenderal Kemendikbudristek, yang sedang berkunjung ke TTS untuk datang langsung meninjau arena pameran.
Perpaduan dua sosok ini merupakan kekuatan besar, dalam upaya membangun pendidikan di TTS ke arah yang lebih baik. Kolaborasi para PP dan CGP angkatan 4 kabupaten TTS telah menginspirasi banyak pelaku pendidikan di bumi cendana. Program guru penggerak bisa menjadi model, dan dapat diadopsi oleh otoritas pendidikan daerah dalam pengembangan kompetensi guru-guru serta mendorong inovasi pembelajaran. Problematika sektor pendidikan yang kompleks, memang butuh kerja gotong royong semua pihak, dan CGP angkatan 4 TTS telah membentang karpet merah kolaborasi apik di TTS.
CGP beraudiensi dengan pengunjung pameran |
Bagi saya, arena festival panen hasil belajar CGP angkatan 4 TTS merupakan jawaban atas beragam persepsi negatif yang diterima para CGP pada awal masa diklat. Bukan rahasia, bahwa ada pegiat pendidikan yang menganggap para CGP adalah orang-orang yang terobsesi menjadi kepala sekolah. Itulah salah satu tantangan terbesar, yang justru datang dari internal ekosistem pendidikan.
Minggu, 16 Oktober 2022, di hadapan ratusan pasang mata, kami menjawab tantangan itu dengan karya dan inovasi, tidak dengan-kata-kata. Motivasi untuk terlibat dalam PPGP semata-mata karena ingin mengembangkan kompetensi diri sebagai pendidik, dan tentu saja karena kami ingin merespon perubahan yang terus terjadi di dunia pendidikan. Bersikap resisten pada perubahan, hanya akan menempatkan kita pada lingkaran para pecundang.
Sebagai pendidik, betapa ruginya jika melewatkan kesempatan untuk terlibat dalam transformasi pendidikan, melalui gerbong Progam Pendidikan Guru Penggerak. Sangat terharu, menyaksikan interaksi tanya jawab antara guru-guru pengunjung pameran dan para CGP. Itulah esensi kita sebagai pendidik, saling sharing dan berbagi adalah hakekatnya, sebagaimana kita berbagi dengan murid-murid kita. Jadi tunggu apa lagi, ayo berabunglah bersama PPGP.
Kualin, 19 Oktober 2022-MN Aba Nuen
Luar biasa pak guru.... tetap semangat dalam meningkagkan kompetensi menulis kk guru.
ردحذفSiap kaka.. Makasih suh mampir
حذفإرسال تعليق