Penyerahan santunan Kita Bisa Oringbele kepada keluarga almahrum Zakaria Boro Tura

Kisahnya berawal dari pengalaman seorang ayah merawat anak yang sakit, pada sebuah rumah sakit di kota Samarinda-Kalimantan Timur. Gerinus Tokan, sang ayah yang karyawan perusahaan tambang di Pulau Kalimantan sedang mengurus administrasi atas tindakan medis yang diterima buah hatinya. 


Saat itu, hatinya getir ketika pihak rumah sakit mengabarkan bahwa urusan pembiayaan anaknya ditangani oleh Kita Bisa. Rasa penasaran membawanya mencari tahu, apa itu Kita Bisa? Ternyata, Kita Bisa adalah sebuah gerakan moril di rumah sakit tempat anaknya dirawat, yang digagas paramedis untuk menyediakan bantuan pembiayaan secara probono bagi pihak yang membutuhkan atas nama kemanusiaan. 

Gerinus Tokan, ketua Kita Bisa Oringbele

Pengalaman tersebut menginspirasi Gerinus Tokan, untuk mengadopsi pola kerja filantropi yang dialaminya, sebagai sebuah gerakan sosial di komunitasnya. Gerakan awal dimulai dengan membentuk kelompok arisan, yang terdiri dari para perantau dari Desa Oringbele, di Pulau Adonara,  Nusa Tenggara Timur. Para perantau yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia bahkan Malaysia dikonsolidasikan secara virtual. Sesekali para anggotanya saling melepas rindu melalui aplikasi Zoom maupun video call. 


Kebersamaan dalam arisan tersebut melahirkan ide lain, yakni pengadaan iuran bagi setiap anggota selain kewajiban arisan.  Tujuannya sederhana, yaitu dana yang terkumpul dari iuran tersebut akan didonasikan kepada keluarga anggota yang tertimpa musibah kematian di kampung halaman. Langkah awal itu sukses menghimpun dana hingga Rp17 juta untuk didonasikan dalam bentuk sumbangan duka dan bantuan sosial lainnya. 


Donasi Kita Bisa Oringbele untuk tempat ibadah


Gerakan itu terus tumbuh, hingga pada Februari 2023, gerakan Kita Bisa benar-benar diaplikasikan oleh warga desa Oringbele di tanah rantau dalam semangat Gelekat. Gelekat adalah diksi bahasa Lamaholot, yang dapat diartikan sebagai bentuk ketulusan memberi tanpa pamrih. Gelekat mengandung unsur sukarela, dan merupakan salah satu bentuk manifestasi keluhuran nilai kemanusiaan. 


Seiring perjalanan waktu, Kita Bisa versi warga diaspora Oringbele terus berkembang dengan pertambahan anggota. Sampai dengan Desember 2023, tercatat sebanyak 74 anggota dengan iuran wajib setiap bulan sebesar Rp50.000. Dengan jumlah ini, Kita Bisa Oringbele memiliki aset finansial sebesar Rp3.700.000/bulan, atau Rp44. 400.000 per tahun. 

Donasi Kita Bisa Oringbele untuk tempat ibadah

Aset finansial tersebut diperuntukkan untuk beberapa sasaran, yaitu pertama membantu para anggota saat menghadapi situasi darurat, terutama musibah kematian dalam keluarga inti. Kedua, sumbangan juga disalurkan kepada warga desa Oringbele secara umum yang meninggal. Ketiga, dana yang terhimpun didonasikan untuk pengadaan infrastruktur sosial di desa Oringbele, seperti pengadaan kursi dan bantuan untuk rumah ibadah. 


Sepanjang tahun 2023, Kita Bisa Oringbele mampu menyalurkan sumbangan duka kepada belasan warga, dengan total nilai donasi mencapai puluhan juta. Pada bulan November lalu, Kita Bisa menyalurkan santunan untuk salah satu anggota atas nama Zakaria Boro Tura sebesar Rp. 8 jutaan.


Donasi Kita Bisa Oringbele untuk keluarga duka

Apa yang dilakukan Kita Bisa Oringbele, merupakan potret gerakan sosial ekonomi masyarakat akar rumput, dalam membangun kemandirian finansial. Gerakan ini sejalan dengan falsafah Gemohin yang tumbuh subur dalam budaya Lamaholot. Gemohin adalah kerja gotong royong untuk meringankan suatu pekerjaan berat. 


Kita Bisa Oringbele mampu menghubungkan dua falsafah penting yakni Gemohin dan Gelekat Dua kata ini merupakan representasi kekuatan kolaborasi dan kerjasama, untuk membantu sesama dengan ikhlas dan sukarela. 

Donasi Kita Bisa Oringbele untuk keluarga duka

Di era modern saat ini, tumbuhnya gerakan semacam ini di tengah masyarakat harus dirawat,  karena merupakan kekuatan ekonomi yang digagas dan bermanfaat untuk anggota komunitasnya. 


Selain itu, Kita Bisa Oringbele juga mampu membuktikan, bahwa warga desa yang pergi merantau, seberapapun jauh, nilai Gelekatnya tidak luntur setitikpun. Pelajaran lainnya adalah, meski hidup jauh dari kampung halaman, tetapi para perantau tetap memberikan kontribusi untuk membantu sesama di kampung, serta pembangunan di desa. 


Kita Bisa Oringbele, patut menjadi model pengembangan ekonomi berbasis komunitas. Kita Bisa Oringbele juga menjadi contoh nyata membangun ekonomi kerakyatan, yang selama ini  sering diteriakkan banyak politisi. 

Gelekat sampe dopi kepo... 



Post a Comment