Oleh Yorni Sakan, S.Pd. Guru Bahasa Indonesia SMAN Kualin. Kepala Perpustakaan SMAN Kualin. Alumnus FKIP Undana |
Pembelajaran yang asyik dan menyenangkan dapat memberikan banyak dampak positif dalam menggali kemampuan belajar peserta didik. Pembelajaran yang asyik dan menyenangkan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Dengan melihat kemampuan belajar peserta didik, kita dapat merencanakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang cocok, kreatif dan menyenangkan.
Salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan dan melibatkan interaksi sosial dan kerja sama peserta didik yaitu metode window shopping. Metode window shopping mengadopsi konsep belanja, yakni belanja pengetahuan. Melalui metode ini peserta didik diberi kesempatan untuk berkolaborasi antar teman dengan cara diskusi kelompok, bertukaran ide berdasarkan pengalaman yang berbeda.
Peserta didik adalah sasaran utama dalam pembelajaran di kelas dan guru adalah fasilitator. Sebagai fasilitator, guru membantu siswanya untuk memahami materi yang sulit. Berdasarkan pengalaman saya sebagai guru, rendahnya minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran di kelas ditunjukkan dengan sikap peserta didik yang tidak fokus terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
Sebagai contoh, pada pembelajaran bahasa Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat siswa dalam mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan sebuah cerita pendek (cerpen) adalah pertama, guru sering menggunakan metode pembelajaran yang masih berpusat pada guru itu sendiri, misalnya metode ceramah.
Kedua, guru belum menggunakan metode pembelajaran yang menarik keterlibatan peserta didik. Ketiga, guru belum menerapkan model-model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Berdasarkan situasi di atas, saya tertantang untuk menerapkan sebuah metode pembelajaran yang menurut hemat saya mampu menarik minat peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran yang saya terapkan adalah Metode Window Shopping.
Penerapan metode ini dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu pertama, peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok diskusi. Kedua, guru membagikan tugas yang berbeda pada tiap-tiap kelompok diskusi untuk dikerjakan dengan system pengundian.
Ketiga, hasil diskusi dituangkan pada selembar kertas manila atau flip chart yang dibuat semenarik mungkin. Kempat, satu atau dua orang anggota kelompok bertugas menjawab pertanyaan dari anggota kelompok lain yang berkunjung, sedangkan anggota lainnya berkeliling mengunjungi dan mencatat hasil diskusi kelompok yang dikunjungi.
Kelima, anggota kelompok yang berkeliling diminta kembali ke kelompok asal untuk memberikan informasi berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilakukan. Keenam, masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kunjungan di depan kelas dan di tanggapi oleh kelompok lain. Ketujuh, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap apa yang sudah dipelajari serta umpan balik dan koreksi terhadap pekerjaan tiap-tiap kelompok secara klasikal.
Melalui penerapan metode window shopping semua peserta didik mendapat peran selama pembelajaran. Mereka terlibat aktif untuk bertanya, menjawab pertanyaan dan melaporkan informasi yang dikumpulkan. Aktivitas ini membuat peserta didik berpikir kritis sepanjang proses pembelajaran berlangsung.
Penerapan metode window shopping juga dapat membuat peserta didik belajar saling berbagi pengetahuan yang dapat memperluas perspektif mereka. Hal ini juga dapat mengembangkan keterampilan berinteraksi antar sesama peserta didik, dan dengan guru. Metode ini memberikan pelajaran kepada murid, tentang bagaimana membangun komunikasi dalam menyelesaikan suatu persoalan.
*Artikel ini merupakan output dari program kemitraan labmenulis.com dan SMAN Kualin melalui Lokakarya penulisan karya ilmiah dan artikel pada akhir Agustus 2024.
إرسال تعليق