Oleh Seirna Biaf, S.Pd.
Guru Kimia SMAN Kualin
Alumnus Prodi Kimia FKIP Undana Kupang


Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari oleh peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA), terutama bagi peserta didik yang memiliki minat atau jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 


Materi kimia tergolong abstrak dan juga mengandung hitungan, sehingga peserta didik kerap merasa bosan dan kurang respon pada saat pembelajaran berlangsung. 


Kondisi demikian terbaca ketika pembelajaran kimia dilaksanakan pada jam pembelajaran siang hari. Selain merasa bosan dan kurang respon, ternyata sebagian besar peserta didik juga belum sepenuhnya memahami matematika dasar. Implikasinya, ketika siswa menghadapi materi hitungan, butuh waktu yang lama mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKPD), meskipun guru telah menjelaskan contoh soal berulang – ulang.  


Dari situasi pembelajaran seperti itu, saya berupaya mencari berbagai model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada materi kimia. Dari beberapa model yang ada, salah satu model pembelajaran yang cukup menarik perhatian adalah model Think Pair Share (TPS) yang berarti berpikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share). 


Model TPS ini saya terapkan pada materi kimia berupa hitungan yaitu materi asam basah terkhususnya untuk menghitung konsentrasi dan nilai derajat keasaman pada larutan basah kuat.


Sebelum pembelajaran dilaksanakan, saya menyampaikan gambaran umum model TPS, agar siswa tidak merasa bingung saat penerapan model tersebut. Saya menyiapkan materi pembelajaran dalam format power point (ppt), agar mudah dijelaskan kepada siswa.


Setelah menjelaskan materi dan contoh soal,   siswa kemudian mengerjakannya LKPD. LKPD yang di rancang juga tergolong sederhana yaitu dengan menulis bunyi soal dalam bentuk uraian dan menyertakan jawaban yang sudah diberi kolom sehingga siswa harus teliti dalam mengisi kolom yang sudah disediakan.


Pada saat pengerjaan LKPD inilah, model TPS diterapkan. Pertama, saya memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir (Think) dan mengerjakan LKPD secara mandiri dalam batasan waktu yang sudah disepakati. Setelah itu saya kembali memberi kesempatan kepada siswa untuk berpasangan (Pair) dengan teman sebaya, untuk berdiskusi dan mengerjakan LKPD dengan batasan waktu tertentu. 


Terakhir saya kembali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi (share) bersama teman sekelas, degan cara mengelilingi ruangan dan saling bertukar pikiran terkait LKPD yang sudah dikerjakan.  Pada tahap berpikir, siswa tampak kesulitan dalam mengerjakan soal, tetapi ketika sudah diberikan kesempatan untuk berpasangan dan berbagi, siswa sangat antusias dan aktif dalam berdiskusi dengan teman-teman sekelas. 


Setelah LKPD selesai dikerjakan, saya dan siswa bersepakat menunjuk dua orang  sebagai perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi. Pada saat presentasi, saya  menyiapkan format  power point sesuai dengan LKPD yang dikerjakan, dan ditayangkan melalui layar proyektor (LCD). 


Cahaya LCD diarahkan pada papan tulis, sehingga siswa yang mendapat bagian untuk presentasi tidak kesulitan untuk menulis lagi di papan tulis, tetapi hanya mengisi jawaban pada kolom yang sudah disediakan dan menjelaskan jawaban yang sudah dikerjakan.


Penerapan model pembelajaran TPS sangat berdampak pada siswa. Sesuai dengan hasil refleksi pada akhir pembelajaran, model TPS sangat membantu siswa pada saat mengerjakan LKPD.  Siswa yang awalnya berpikir sendiri dan sulit mengerjakan soal, mendapat bantuan dari teman sebaya untuk saling berdiskusi dan berbagi dengan semua siswa dalam satu kelas. 


Model pembelajaran TPS juga membantu saya sebagai guru, untuk mengatasi kesulitan dalam mengontrol siswa dan juga efisiensi waktu pada saat pengerjaan LKPD. Proses pembelajaran juga selesai tepat waktu sesuai dengan rencana pembelajaran.


*Artikel ini merupakan output dari kemitraan labmenulis.com dan SMAN Kualin melalui kegiatan lokakarya penulisan karya tulis ilmiah dan artikel pada Agustus 2024.

Post a Comment