Oleh Leny Klomang, S.Pd. dan Andrianus Kause, S.Pd.
Keduanya Guru Biologi SMA Kristen Kesetnana


Merokok merupakan aktivitas penting bagi seseorang yang sudah kecanduan, namun tak disukai banyak orang karena  potensi  bahaya yang tersebar bersama asap rokok. Bahkan, perokok yang beralih dari rokok konvensional ke rokok elektrik sekalipun, kerap merasa terganggu oleh asap rokok konvensioanal.


Aktivitas merokok juga tentu saja berdampak buruk untuk kesehatan. Seorang perokok yang sedang batuk berat, atau mengalami gangguan jantung, begitu disuruh berhenti merokok, Ia cenderung mau untuk berhenti. Logikanya, jika merokok tidak mempengaruhi kesehatan, mengapa harus berhenti?


Fakta menunjukan perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang. Mayoritas perokok didominasi anak muda, sebagaimana data survey kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan (KemenKes). Survey itu menunjukkan, bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4% diantaranya perokok berusia 10-18 tahun (18,4 %)

            

    Adapun alasan remaja memulai kebiasaan merokok adalah untuk mengetahui rasa rokok (24%). Sedangkan 13,3 % responden menyatakan mendapatkan perasaan nyaman setelah merokok. Faktor pembentukan diri,  juga berperan dalam perilaku merokok dimana 8% responden merasa memiliki imej dewasa dan menunjukkan kematangan dengan perilaku merokok. Alasan lain yang paling dominan adalah melihat teman merokok, memicu seseorang untuk ingin mencoba.


            Ada beberapa zat berbahaya, yang terkandung dalam rokok dan membuat perokok kecanduan. Pertama,  karbon monoksida yang merupakan kandungan beracun yang tidak memiliki rasa dan bau. Kedua, nikotin yang dapat mempengaruhi sistem saraf otak dan menyebabkan berbagai reaksi termasuk efek menyenangkan dan menenangkan. Ketiga,tar yang merupakan kandungan karsinogenik dan masih banyak zat kimia lainnya yang terkandung dalam rokok.


            Mencermati bahaya dibalik kebiasaan merokok, peran guru untuk mencegah perokok remaja usia sekolah tentu sangat dibutuhkan. Sebagai contoh, sesuai pengalaman mengajar Biologi di SMA Kristen  Kesetnana,  dalam pembelajaran materi sistem pernapasan, kami mengedukasi murid-murid tentang bahaya merokok bagi kesehatan. Upaya tersebut tidak  saja dilakukan secara teoritis, tetapi juga praktik uji bahaya asap rokok dan kandungan nikotin pada rokok elektrik dan rokok konvensional.


            Percobaan ini merupakan wujud semangat pembelajaran merdeka belajar.  Alat dan bahan yang digunakan juga sederhana. Setiap kelompok menggunakan botol air mineral bekas ukuran 1500 ml, selang air, plastisin, rokok konvensional, rokok elektrik, kertas tissue dan pisau cuter. Adapun tahapan percobaan yaitu , pertama tutup botol dilubangi menggunakan cuter. Ukuran lubangnya menyesuaikan diameter rokok, kemudian botol bekas air kemasan pada bagian pangkal bawahnya diberi lubang sebesar selang dengan diameter 0,5 Cm. ujung selang dimasukan pada botol dan diberikan plastisisin untuk mencegah kebocoran selang.


            Sumbat selang dengan palstisin, kemudian isi botol dengan air sampai penuh, pasang rokok yang sudah terlebih dulu dinyalakan dan masukan pada tutup botol yang sudah di lubangi sesuai dengan diameter rokok. Untuk mencegah kebocoran daya hisap air, disekitar pangkal rokok diberi plastisin, lakukan hal yang sama pada botol kedua dengan menggunakan rokok elektrik. Pasang tutup botol, kencangkan agar tidak terjadi kebocoran daya  hisap air, lepas sumbatan pada selang buang air, dan biarakan air keluar dari botol.


            Bersamaan dengan keluarnya air dari dalam botol maka ruang kosong yang tadinya terisi air dipenuhi oleh asap rokok. Tunggu sampai air benar-benar habis, kemudian sumbat lagi selang untuk membuang air. Buka tutup botol dan berikan lapisan kertas tisu pada permukaan botol. Melalui selang buang, tiup selang sehingga asap yang di dalam botol keluar melalui tisu yang berfungsi sebagai filter. Berdasarkan kegiatan percobaan tersebut, setiap kelompok menuliskan hasil pengamatanya dan membuat laporan.


            Dari hasil uji bahaya asap rokok untuk kesehatan, proses ini membuat peserta didik  memilih untuk tidak merokok,  karena mereka melihat sendiri bahaya yang mengintai di balik asap rokok. Inilah proses pembelajaran yang bermakna, dimana murid terlibat mengelola proses belajar melalui aktivitas percobaan, kemudian mengevaluasi hasilnya dan mengaitkan dengan kehidupan mereka dari sisi kesehatan.


* Artikel ini merupakan output program kemitraan MGMP Biologi SMA Kabupaten TTS dan labmenulis.com melalui pelatihan menulis untuk anggota MGMP. 

 


Post a Comment