Foto ilustrasi-www.freepik.com |
Membaca buku Essentials of Management Information System pada 2017, tiga tahun kemudian baru saya menyaksikan bagaimana isi buku tersebut menjelma nyata dalam keseharian.
Awalnya, saya kira isi buku karya pasangan suami istri Kenneth C. Laudon dan Jane Price Laudon terlalu ambisius. Kenneth dan Jane, menurut saya berlebihan mengagungkan fungsionalitas internet dalam kehidupan warga Amerika.
Penetrasi internet di Amerika memang masif di bidang hiburan, manufaktur, perdagangan, pendidikan, properti dan lainnya. Hal yang juga saya duga belum akan terjadi di Indonesia, setidaknya sampai 2020.
Namun, semua dugaan itu salah. Sepanjang tahun 2020, di Indonesia, begitu banyak sendi kehidupan lebih dari 200 juta penduduk bersinggungan dengan internet. Di bidang pendidikan, anak SD hingga mahasiswa melewati pembelajaran sepanjang tahun 2020 di kelas maya. Ragam aplikasi pembelajaran dan media sosial menjadi jembatan interaksi siswa dan guru.
Dengan internet pula, para pekerja kantoran, baik swasta maupun pegawai negeri bekerja dan menggelar rapat dari rumah. Semuanya saling terhubung secara virtual. Acara resmi dan ilmiah macam rapat, seminar, workhsop, kini tak lagi mempertemukan nara sumber dan audiens di ruang nyata. Semuanya serba digital, online. Satu orang bisa ikut tiga webminar di satu waktu bersamaan, hal yang mustahil kalau kegiatannya tatap muka langsung.
Di sektor perdagangan e-commerce, bisnis toko online yang memang sudah populer sebelum pandemi melanda, omzetnya meroket selama 2020. Manisnya kue online shopping juga dirasakan perusahan jasa kurir. Sektor ini benar-benar survive.
Sebagai contoh, menurut data iPrice, jumlah pengguna marketplace di kuartal 3 tahun 2020 meningkat dibandingkan kuartal ke-3 tahun lalu. Pada quartal ke- 3 tahun lalu, jumlah pengunjung Shopee adalah 55,9 juta orang sementara tahun ini jumlah pengunjungnya mencapai 96,5 juta atau meningkat sekitar 72%. Selain Shopee, Tokopedia pun menunjukkan angka yang serupa. Pada quartal 3 tahun 2019, jumlah pengunjung Tokopedia mencapai 65,9 juta sementara tahun ini mencapai 84, 9 juta (meningkat 28%), (dilansir dari www.sirclo.com, 10/12/2020).
Secara umum, www.bisnis.com pada 10/11/2020 merilis data pengguna internet di Indonesia hingga kuartal II/2020 mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari populasi. Jumlah ini bertambah sekitar 25,5 juta pengguna dibandingkan tahun lalu.
Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jamalul Izza mengatakan kenaikan didorong oleh kehadiran infrastruktur internet cepat yang makin merata dan transformasi digital yang masif akibat pandemi Covid-10 sejak Maret 2020.
"Pandemi Covid-19 membuat tahun 2020 begitu historis. Sebagai guru dengan hobi menulis, saya beruntung mengalami transformasi penting di dua bidang, pembelajaran dan kepenulisan."
Pertama, sebagai guru rasanya janggal melakukan interaksi pembelajaran dengan siswa secara online. Di daerah pelosok, itu bukan hal mudah. Cerita tentang ketiadaan perangkat komunikasi di kalangan siswa, koneksi internet yang minim, termasuk keterbatasan pulsa data bagi siswa, itu semua adalah pengalaman berharga.
Beberapa kendala tersebut juga memiliki sisi baiknya. Selama 9 bulan belajar di rumah, selalu ada progres. Kepemilikan gadget di kalangan siswa meningkat, dari awalnya yang sangat terbatas pada Maret-Mei 2020. Itu artinya mereka juga terpacu untuk terlibat dalam pembelajaran dengan perantara perangkat digital. Keterbatasan daya beli pulsa data, kendala itu akhirnya diintervensi Kemendikbud dengan pulsa data untuk siswa dan guru.
Kedua, kegemaran saya menulis opini di dua koran NTT, harian Pos Kupang dan Timor Express juga turut terdampak. Selama pandemi, haluan menulis berubah dari media cetak ke media digital. Sejak Desember 2019, saya mencoba tantangan baru, menulis di blog Kompasiana. Hingga Mei 2020, 65 artikel opini dan feature tayang di Kompasiana.
Maret 2020, niat menulis buku mulai tumbuh. Komunikasi dengan sebuah penerbit online dibangun via email dan aplikasi WA. Sebulan kemudian, April 2020 buku pertama saya ber-ISBN "Pendidikan di Mata Guru Pelosok" terbit di Bogor oleh Guepedia Publisher. Prosesnya serba online, mudah dan gampang. Saya baru tahu, ternyata menerbitkan buku itu tidak sulit.
Masa pandemi juga menjadi momentum, menghidupkan kembali blog saya yang mati suri sejak 2018. November 2020, gairah menulis sebebas-bebasnya di blog sendiri terwujud, kali ini tak lagi dengan domain gratisan. Saya beralih ke dot com, konon menurut banyak referensi di internet, itu lebih keren. Penulis jadi punya personal branding, lebih profesional.
Blognya saya namakan www.labmenulis.com. Yah, sekarang saya punya laboratorium sendiri untuk menyalurkan hobi menulis. Ini adalah artikel ke-30 sejak November bulan lalu dengan jumlah viewer mendekati 15 ribu orang.
Terakhir, ini semua berlangsung dengan internet sebagai media utamanya. 2020 saya sebut tahun internet, karena penetrasinya yang luar biasa bagi kehidupan rakyat Indonesia.
Baca juga: Literasi Dinding Rumah dan Anugerah Menulis
إرسال تعليق